Saturday, July 27, 2024

Mazmur 128:1-6

Takut Akan Tuhan: Diberkati

A. Ringkasan Khotbah

Berkat selalu diidam-idamkan oleh semua orang, hanya masalahnya berkat dibenak setiap orang bisa saja beda. Belum lagi sejumlah pertanyaan yang membayangi kata berkat tersebut, seperti: Siapa yang dapat menerima? Bentuknya seperti apa? Kapan dapat menerima? Dan lain sebagainya. Nyanyian Mazmur 128:1-6 memberikan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Penulis mazmur diperkirakan adalah raja Hizkia (II Raj 18-20). Seorang raja yang menulis mazmur dengan seabrek asam garam selama mengikut dan diberkati Tuhan.

Ia berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa (II Raj 18:6)  

Maka TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya ( II Raj 18:7 ).

1. Siapa (Maz 128:1)

Pemazmur secara gamblang membuka lantunan nyanyian mengenai siapa orang yang diberkati. Ia adalah orang yang takut akan Tuhan dan terlihat dari cara hidupnya yang tidak berani menyimpang ke kanan atau ke kiri dari perintah Tuhan.

Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! (Maz 128:1). 

2. Keadaan (Maz 128:2-4)

Pemazmur meneruskan lantunan nyanyian dengan potret dirinya yang diberkati Tuhan. Potret makan bersama dalam sebuah keluarga adalah keadaan diberkati yang paling indah dan nyata. Sang ayah yang berjerih lelah sepanjang hari akhirnya makan bersama anak dan istrinya dengan sukacita. Nuansa keharmonisan menghiasi kehidupan berkeluarga dan masing-masing anggota bertumbuh secara perlahan di dalamnya.

Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! (Maz 128:2)  

Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! (Maz 128:3)  

Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN. (Maz 128:4)  

3. Waktu (Maz 128:5-6)

Pemazmur menutup lantunan nyanyiannya dengan 2 larik yang memukau. Ternyata keadaan diberkati Tuhan tidak berlangsung singkat seperti mekaran kembang api di angkasa. Berkat Tuhan seperti udara sejuk yang membungkus orang yang takut akan Dia seumur hidupnya. 

Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, (Maz 128:5).

dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel! (Maz 128:6).  

Kesimpulan dari khotbah adalah orang yang takut akan Tuhan akan diberkati dengan kebahagiaan bersama istri dan anak-anaknya seumur hidupnya.

B. Kebaruan

Diperkirakan Mazmur 128 adalah salah satu dari 15 mazmur (Maz 120 -134) yang dikumpulkan untuk mengingat tanda ajaib Tuhan kepada Hizkia ketika Tuhan memperpanjang umurnya selama 15 tahun (II Raj 20:6-10). Tuhan memberikan tanda ajaib di mana bayangan penunjuk jam buatan Ahas yang seharusnya maju menjadi mundur 10 tapak ke belakang. Itulah sebabnya kumpulan mazmur (Maz 120 -134) ini disebut sebagai "Nyanyian Pendakian Anak Tangga" (Songs of Ascents).

Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya: (Yes 38:7).

Sesungguhnya, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak yang telah dijalaninya." Maka pada penunjuk matahari itu mataharipun mundurlah ke belakang sepuluh tapak dari jarak yang telah dijalaninya. (Yes 38:8).

C. Refleksi 

Saya diingatkan untuk menyadari setiap kali berada di meja makan bersama keluarga adalah berkat Tuhan yang terindah bagi orang yang mengikuti-Nya.

D. Kata Bijak

Bayangan kelam pun mundur sepuluh tapak ketika berkat Tuhan merekah.




Thursday, July 25, 2024

Kejadian 22:1-19

 

Takut Akan Tuhan: Tidak Ragu

 A.   Ringkasan Khotbah

Banyak kejadian dalam hidup ini yang tidak mampu kita pahami (mengerti) dengan baik. Ketidakpahaman kerap kali menjadi penyebab dari keraguan untuk bertindak. Namun pemandangan semacam ini tidak terlihat dalam panorama kisah kepercayaan Abraham diuji Tuhan dengan perintah mempersembahkan anaknya Ishak (Kej 22:1-19). Keindahan kisah ini dibahas secara khusus dalam tiga poin besar untuk melihat lebih jelas sikap Abraham dan maksud Tuhan atas dirinya.

1.     Tidak Mengerti (Kej 22:1-2)

Abraham tidak mengerti mengapa Tuhan yang Mahabaik memberikan perintah yang "kejam" itu.

Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kej 22:2).

Bukankah Ishak adalah anak yang dijanjikan? Pertanyaan tanpa jawaban pasti muncul dalam pikiran Abraham bak tetesan gerimis yang kian lama kian menderas. Abraham tidak mengerti apa alasan dari firman Tuhan itu, namun ia tidak menghentikan langkahnya dalam mengikut Tuhan.

2.     Tidak Ragu (Kej 22:3-10)

Langkah tegap Abraham tetap terdengar di tengah derasnya hujan pertanyaan tanpa jawaban yang pasti itu. Bagi Abraham firman Tuhan tidak selalu harus segera dimengerti tetapi selalu harus segera dilakukan.

Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya (Kej 22:3). 

Abraham tidak ragu membawa anak kesayangannya menuju ke gunung "kekejaman" itu di mana anak tersayang harus disembelih dengan tangannya sendiri. Ia pun siap untuk melakukannya persis seperti yang biasa dilakukannya dalam mempersembahkan korban kepada Tuhan.

3.     Tidak Dibiarkan (Kej 22:11-19)

Ternyata firman Tuhan yang dikira "kejam" itu adalah ujian puncak bagi Abraham. Tuhan tidak membiarkan Abraham terus terduduk dalam bayang-bayang pertanyaan tanpa jawaban pasti.

Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kej 22:12 ).

Abraham mendapat nilai sempurna dalam menghadapi ujian puncak ini dan berhasil mempertahankan predikat "Takut Akan Tuhan".

maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya (Kej 22:17).
Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." (Kej 22:18).

Keberhasilan Abraham mendatangkan berkat yang tidak pernah ia bayangkan, berkat yang begitu agung dijanjikan Tuhan bagi dirinya bahkan sampai keturunan-keturunannya.

Kesimpulan dari khotbah adalah takut akan Tuhan memampukan seseorang untuk tetap taat dan tidak ragu dalam melakukan firman Tuhan sampai berkat-berkat Tuhan dinyatakan.

B.   Kebaruan

Ishak diperkirakan sudah berumur remaja ketika dibawa oleh Abraham ke gunung karena Ishak sudah cukup kuat untuk memikul kayu untuk korban bakaran.

Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama (Kej 22:6).

C.   Refleksi

Seringkali saya menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan mengapa Tuhan mengizinkan ini dan itu terjadi. Khotbah ini mengingatkan kembali bahwa tidak selalu harus segera memahami segala hal yang terjadi, tetapi harus selalu taat kepada Tuhan karena ia tidak pernah membiarkan saya berjalan sendiri.

D.   Kata Bijak

Menoleh ke belakang terhenti di jalan setapak, menatap Tuhan melewati rimba onak berduri.

Yohanes 14:1-14

Satu-satunya Jalan A. Ringkasan Khotbah Sepenggal kata mutiara mengatakan hidup adalah perjalanan dan nikmatilah setiap langkahnya. Jika hid...