Takut
Akan Tuhan: Tidak Ragu
A.
Ringkasan Khotbah
Banyak kejadian dalam hidup ini yang tidak mampu kita pahami (mengerti)
dengan baik. Ketidakpahaman kerap kali menjadi penyebab dari keraguan untuk
bertindak. Namun pemandangan semacam ini tidak terlihat dalam panorama kisah kepercayaan
Abraham diuji Tuhan dengan perintah mempersembahkan anaknya Ishak (Kej
22:1-19). Keindahan kisah ini dibahas secara khusus dalam tiga poin besar untuk
melihat lebih jelas sikap Abraham dan maksud Tuhan atas dirinya.
1. Tidak Mengerti (Kej 22:1-2)
Abraham tidak
mengerti mengapa Tuhan yang Mahabaik memberikan perintah yang "kejam"
itu.
Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi,
yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai
korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kej
22:2).
Bukankah
Ishak adalah anak yang dijanjikan? Pertanyaan tanpa jawaban pasti muncul dalam
pikiran Abraham bak tetesan gerimis yang kian lama kian menderas. Abraham tidak
mengerti apa alasan dari firman Tuhan itu, namun ia tidak menghentikan
langkahnya dalam mengikut Tuhan.
2. Tidak Ragu (Kej 22:3-10)
Langkah tegap Abraham tetap terdengar di
tengah derasnya hujan pertanyaan tanpa jawaban yang pasti itu. Bagi Abraham firman
Tuhan tidak selalu harus segera dimengerti tetapi selalu harus segera dilakukan.
Keesokan harinya pagi-pagi
bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang
bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran
itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya (Kej
22:3).
Abraham tidak ragu membawa anak
kesayangannya menuju ke gunung "kekejaman" itu di mana anak tersayang
harus disembelih dengan tangannya sendiri. Ia pun siap untuk melakukannya
persis seperti yang biasa dilakukannya dalam mempersembahkan korban kepada
Tuhan.
3. Tidak Dibiarkan (Kej 22:11-19)
Ternyata
firman Tuhan yang dikira "kejam" itu adalah ujian puncak bagi
Abraham. Tuhan tidak membiarkan Abraham terus terduduk dalam bayang-bayang
pertanyaan tanpa jawaban pasti.
Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan
dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau
tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kej
22:12 ).
Abraham
mendapat nilai sempurna dalam menghadapi ujian puncak ini dan berhasil mempertahankan
predikat "Takut Akan Tuhan".
maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu
sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan
keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya (Kej 22:17).
Oleh keturunanmulah semua
bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan
firman-Ku." (Kej 22:18).
Keberhasilan Abraham mendatangkan berkat yang
tidak pernah ia bayangkan, berkat yang begitu agung dijanjikan Tuhan bagi
dirinya bahkan sampai keturunan-keturunannya.
Kesimpulan dari khotbah adalah
takut akan Tuhan memampukan seseorang untuk tetap taat dan tidak ragu dalam
melakukan firman Tuhan sampai berkat-berkat Tuhan dinyatakan.
B.
Kebaruan
Ishak diperkirakan sudah berumur
remaja ketika dibawa oleh Abraham ke gunung karena Ishak sudah cukup kuat untuk
memikul kayu untuk korban bakaran.
Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban
bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya
dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama (Kej 22:6).
C.
Refleksi
Seringkali saya menghabiskan
banyak waktu untuk memikirkan mengapa Tuhan mengizinkan ini dan itu terjadi. Khotbah
ini mengingatkan kembali bahwa tidak selalu harus segera memahami segala hal
yang terjadi, tetapi harus selalu taat kepada Tuhan karena ia tidak pernah membiarkan
saya berjalan sendiri.
D.
Kata
Bijak
Menoleh ke belakang terhenti
di jalan setapak, menatap Tuhan melewati rimba onak berduri.
No comments:
Post a Comment