Showing posts with label Samuel. Show all posts
Showing posts with label Samuel. Show all posts

Saturday, May 17, 2025

II Sam 17:1-14

Jika Anak Tidak Berkarya

A. Ringkasan Khotbah

Anak adalah obyek kebanggaan orangtua. Setiap kali anak menoreh prestasi maka yang paling berbangga adalah orangtua. Tidak terlalu sulit untuk membanggakan orangtua namun banyak yang gagal. Kegagalan ini mendatangkan rasa pilu yang tidak terkatakan seperti yang dialami Daud. Sebagai raja yang tersohor ia pun tidak terlepas dari perasaan ini. Hatinya tertoreh-toreh oleh anaknya yang tidak berkarya. Khotbah berikut memperlihatkan akibat dari seorang anak yang tidak berkarya.

1. Mencelakakan Orangtua

Absalom adalah anak Daud yang paling tampan (II Sam 14:25). Tetapi dibalik ketampanannya tersembunyi sebilah pisau yang tidak kenal ampun. Bertahun-tahun ia menyusun strategi untuk menggulingkan pemerintahan ayahnya. Kini Absalom telah menduduki istana dan mendapatkan segala yang diinginkannya. Tetapi hatinya tetap terasa kosong sebelum mencabut nyawa ayahnya. Ia mencari nasehat untuk mengakhiri hidup ayahnya. Anak yang tidak berkarya mencelakakan orangtuanya.

Berkatalah Ahitofel kepada Absalom: "Izinkanlah aku memilih dua belas ribu orang, maka aku akan bersiap dan mengejar Daud pada malam ini juga. (II Sam 17:1)

Aku akan mendatangi dia, selagi ia lesu dan lemah semangatnya, dan mengejutkan dia; seluruh rakyat yang ada bersama-sama dengan dia akan melarikan diri, maka aku dapat menewaskan raja sendiri. (II Sam 17:2)

Demikianlah aku akan membawa pulang seluruh rakyat itu kepadamu seperti seorang mempelai perempuan kembali kepada suaminya. Jadi, engkau mencari nyawa satu orang saja, sedang seluruh rakyat tetap selamat." (II Sam 17:3)

Perkataan ini disetujui oleh Absalom dan oleh semua tua-tua Israel. (II Sam 17:4)

2. Mencelakakan Orang Lain

Membayangkan pembunuhan ayahnya ternyata tidak memuaskan dirinya. Semangat Absalom berkobar-kobar saat mendengar rencana pemusnahan massal. Ia menikmati langkah demi langkah yang dipaparkan. Senyumnya terlihat sumringah seakan-akan jiwanya berteriak "Ini yang aku mau". Anak yang tidak berkarya mencelakakan orang lain.

Tetapi berkatalah Absalom: "Panggillah juga Husai, orang Arki itu, supaya kita mendengar apa yang hendak dikatakannya." (II Sam 17:5)

Ketika Husai datang kepada Absalom, berkatalah Absalom kepadanya, demikian: "Beginilah perkataan yang dikatakan Ahitofel; apakah kita turut nasihatnya? Jika tidak, katakanlah." (II Sam 17:6)

Lalu berkatalah Husai kepada Absalom: "Nasihat yang diberikan Ahitofel kali ini tidak baik." (II Sam 17:7)

Kata Husai pula: "Engkau tahu, bahwa ayahmu dan orang-orangnya adalah pahlawan, dan bahwa mereka sakit hati seperti beruang yang kehilangan anak di padang. Lagipula ayahmu adalah seorang prajurit sejati; ia tidak akan membiarkan rakyat tidur. (II Sam 17:8)

Tentulah ia sekarang bersembunyi dalam salah satu lobang atau di salah satu tempat. Apabila pada penyerangan pertama beberapa orang tewas dan ada orang mendengar hal itu, maka orang akan berkata: Rakyat yang telah mengikut Absalom sudah menderita kekalahan. (II Sam 17:9)

Maka seorang gagah perkasa sekalipun yang hatinya seperti hati singa akan tawar hati sama sekali, sebab seluruh Israel tahu, bahwa ayahmu itu seorang pahlawan dan orang-orang yang bersama-sama dia adalah orang gagah perkasa. (II Sam 17:10)

Sebab itu kunasihatkan: Suruhlah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba berkumpul kepadamu, seperti pasir di tepi laut banyaknya dan engkau sendiri juga harus turut bertempur. (II Sam 17:11) 

Apabila kita mendatangi dia di salah satu tempat, di mana ia terdapat, maka kita akan menyergapnya, seperti embun jatuh ke bumi, sehingga tidak ada yang lolos, baik dia maupun orang-orang yang menyertainya. (II Sam 17:12)

Dan jika ia mengundurkan diri ke suatu kota, maka seluruh Israel akan mengikat kota itu dengan tali, dan kita akan menyeretnya sampai ke sungai, hingga batu kecilpun tidak terdapat lagi di sana." (II Sam 17:13)

3. Mencelakakan Diri Sendiri

Absalom tidak peduli dengan Tuhan. Ia hanya ingin segera memuaskan hasrat kejahatannya. Keinginan ini telah menghipnotis dirinya. Ia tidak mampu mengingat bahwa kejahatan adalah bumerang yang selalu kembali kepada tuannya. Kali ini bumerang kembali dengan 3 lembing tajam yang menembus dadanya. Anak yang tidak berkarya mencelakakan dirinya sendiri.

Lalu berkatalah Absalom dan setiap orang Israel: "Nasihat Husai, orang Arki itu, lebih baik dari pada nasihat Ahitofel." Sebab TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik itu digagalkan, dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada Absalom. (II Sam 17:14)

Tetapi Yoab berkata: "Aku tidak mau membuang-buang waktu dengan kau seperti ini." Lalu diambilnyalah tiga lembing dalam tangannya dan ditikamkannya ke dada Absalom, sedang ia masih hidup di tengah-tengah dahan pohon tarbantin itu. (II Sam 18:14)

B. Kesimpulan

Anak yang tidak berkarya akan mencelakakan orangtua, orang lain, dan diri sendiri.

C. Kebaruan

Absalom adalah sosok pria ideal yang sempurna secara fisik pada zamannya sehingga kehadirannya selalu menarik perhatian banyak orang.

Di seluruh Israel tidak ada yang begitu banyak dipuji kecantikannya seperti Absalom. Dari telapak kakinya sampai ujung kepalanya tidak ada cacat padanya. (II Sam 17:25)

D. Refleksi 

Saya harus terus berkarya di dalam Tuhan untuk tidak mencelakai tetapi memberkati banyak keluarga dan banyak orang.

E. Kata Bijak

Ku gantungkan karyaku dalam senyuman kebanggaanmu.


Saturday, May 3, 2025

I Samuel 8:1-9

Jika Ayah Tidak Berkarya

A. Ringkasan Khotbah

Sejak muda lingkungan telah mendikte para orangtua untuk berkarya sesuai dengan norma umum. Ayah harus berkarya dalam karier dan mencari uang sebanyak-banyaknya supaya kebutuhan keluarga terpenuhi, sedangkan ibu berkarya dalam rumah tangga. Namun dalam kekristenan tuntutan Tuhan kepada ayah jauh melebihi pemenuhan kebutuhan jasmani saja. Ayah adalah pengajar iman yang paling utama dalam keluarga. Iman kepada Tuhan harus diturunkan kepada anak. Mengapa? Khotbah berikut memperlihatkan seorang nabi yang telah mengukir karya-karya indah dalam kehidupan orang Israel namun terlena untuk mengarahkan pisau ukirnya kepada anak-anaknya sehingga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

1. Berbuat Jahat  

Pisau ukir yang tajam telah menoreh banyak prestasi dalam pelayanannya. Tidak ada satu orang pun yang tidak mengenal Samuel. Di tengah banyaknya waktu yang diberikan kepada bangsanya, anak-anaknya hanya mengecap remah-remah waktu yang terjatuh. Samuel tidak punya banyak tenaga dan waktu lagi untuk mengukir taurat dalam kehidupan anak-anaknya. Tanpa goresan taurat maka hidup anak-anaknya hanya terisi goresan-goresan kejahatan. Anak Samuel berbuat jahat.

Setelah Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki menjadi hakim atas orang Israel. (I Sam 8:1)

Nama anaknya yang sulung ialah Yoel, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. (I Sam 8:2)

Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. (I Sam 8:3)

2. Menolak Tuhan

Biang kerok dari kejahatan yang dilakukan anak-anak Samuel adalah hati yang tidak mau dipimpin Tuhan. Mereka tidak mengindahkan taurat Tuhan sebagai pedoman hidup karena tidak terukir jelas di dalam hatinya. Penolakan semacam ini menular dengan cepat. Tidak butuh waktu lama untuk menularkan penolakan terhadap Tuhan kepada orang Israel yang dipimpinnya sehingga mereka meminta raja untuk mengantikan anak-anak Samuel.  Anak-anak Samuel menolak Tuhan.

Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama (I Sam 8:4)

dan berkata kepadanya: "Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain." (I Sam 8:5)

Waktu mereka berkata: "Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami," perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. (I Sam 8:6)

TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka (I Sam 8:7)

3. Hidup Susah

Permintaan untuk dipimpin raja menggantikan anak-anak Samuel mendatangkan kesengsaraan. Orang Israel akan menghadapi banyak kesukaran oleh keberadaan raja dan anak-anak Samuel tidak lagi menjabat sebagai hakim bahkan tidak pernah lagi disebutkan dalam Perjanjian Lama. Anak-anak Samuel hidup susah.

Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. (I Sam 8:8)

Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka." (I Sam 8:9)

B. Kesimpulan

Ayah yang tidak berkarya akan menyebabkan anak-anak menolak Tuhan, berbuat jahat, dan hidup susah.

C. Kebaruan

Samuel melayani sebagai nabi orang Israel selama kurang lebih 40 tahun dan pertobatan Israel baru mulai terlihat setelah ia melayani 20 tahun.

D. Refleksi 

Saya diingatkan kembali akan peran seorang ayah adalah menurunkan iman kepada anak-anaknya.

E. Kata Bijak

Warisan terindah bukan intan berlian tetapi iman.


Yohanes 14:1-14

Satu-satunya Jalan A. Ringkasan Khotbah Sepenggal kata mutiara mengatakan hidup adalah perjalanan dan nikmatilah setiap langkahnya. Jika hid...