Jika Anak Tidak Berkarya
A. Ringkasan Khotbah
Anak adalah obyek kebanggaan orangtua. Setiap kali anak menoreh prestasi maka yang paling berbangga adalah orangtua. Tidak terlalu sulit untuk membanggakan orangtua namun banyak yang gagal. Kegagalan ini mendatangkan rasa pilu yang tidak terkatakan seperti yang dialami Daud. Sebagai raja yang tersohor ia pun tidak terlepas dari perasaan ini. Hatinya tertoreh-toreh oleh anaknya yang tidak berkarya. Khotbah berikut memperlihatkan akibat dari seorang anak yang tidak berkarya.
1. Mencelakakan Orangtua
Absalom adalah anak Daud yang paling tampan (II Sam 14:25). Tetapi dibalik ketampanannya tersembunyi sebilah pisau yang tidak kenal ampun. Bertahun-tahun ia menyusun strategi untuk menggulingkan pemerintahan ayahnya. Kini Absalom telah menduduki istana dan mendapatkan segala yang diinginkannya. Tetapi hatinya tetap terasa kosong sebelum mencabut nyawa ayahnya. Ia mencari nasehat untuk mengakhiri hidup ayahnya. Anak yang tidak berkarya mencelakakan orangtuanya.
Berkatalah Ahitofel kepada Absalom: "Izinkanlah aku memilih dua belas ribu orang, maka aku akan bersiap dan mengejar Daud pada malam ini juga. (II Sam 17:1)
Aku akan mendatangi dia, selagi ia lesu dan lemah semangatnya, dan mengejutkan dia; seluruh rakyat yang ada bersama-sama dengan dia akan melarikan diri, maka aku dapat menewaskan raja sendiri. (II Sam 17:2)
Demikianlah aku akan membawa pulang seluruh rakyat itu kepadamu seperti seorang mempelai perempuan kembali kepada suaminya. Jadi, engkau mencari nyawa satu orang saja, sedang seluruh rakyat tetap selamat." (II Sam 17:3)
Perkataan ini disetujui oleh Absalom dan oleh semua tua-tua Israel. (II Sam 17:4)
2. Mencelakakan Orang Lain
Membayangkan pembunuhan ayahnya ternyata tidak memuaskan dirinya. Semangat Absalom berkobar-kobar saat mendengar rencana pemusnahan massal. Ia menikmati langkah demi langkah yang dipaparkan. Senyumnya terlihat sumringah seakan-akan jiwanya berteriak "Ini yang aku mau". Anak yang tidak berkarya mencelakakan orang lain.
Tetapi berkatalah Absalom: "Panggillah juga Husai, orang Arki itu, supaya kita mendengar apa yang hendak dikatakannya." (II Sam 17:5)
Ketika Husai datang kepada Absalom, berkatalah Absalom kepadanya, demikian: "Beginilah perkataan yang dikatakan Ahitofel; apakah kita turut nasihatnya? Jika tidak, katakanlah." (II Sam 17:6)
Lalu berkatalah Husai kepada Absalom: "Nasihat yang diberikan Ahitofel kali ini tidak baik." (II Sam 17:7)
Kata Husai pula: "Engkau tahu, bahwa ayahmu dan orang-orangnya adalah pahlawan, dan bahwa mereka sakit hati seperti beruang yang kehilangan anak di padang. Lagipula ayahmu adalah seorang prajurit sejati; ia tidak akan membiarkan rakyat tidur. (II Sam 17:8)
Tentulah ia sekarang bersembunyi dalam salah satu lobang atau di salah satu tempat. Apabila pada penyerangan pertama beberapa orang tewas dan ada orang mendengar hal itu, maka orang akan berkata: Rakyat yang telah mengikut Absalom sudah menderita kekalahan. (II Sam 17:9)
Maka seorang gagah perkasa sekalipun yang hatinya seperti hati singa akan tawar hati sama sekali, sebab seluruh Israel tahu, bahwa ayahmu itu seorang pahlawan dan orang-orang yang bersama-sama dia adalah orang gagah perkasa. (II Sam 17:10)
Sebab itu kunasihatkan: Suruhlah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba berkumpul kepadamu, seperti pasir di tepi laut banyaknya dan engkau sendiri juga harus turut bertempur. (II Sam 17:11)
Apabila kita mendatangi dia di salah satu tempat, di mana ia terdapat, maka kita akan menyergapnya, seperti embun jatuh ke bumi, sehingga tidak ada yang lolos, baik dia maupun orang-orang yang menyertainya. (II Sam 17:12)
Dan jika ia mengundurkan diri ke suatu kota, maka seluruh Israel akan mengikat kota itu dengan tali, dan kita akan menyeretnya sampai ke sungai, hingga batu kecilpun tidak terdapat lagi di sana." (II Sam 17:13)
3. Mencelakakan Diri Sendiri
Absalom tidak peduli dengan Tuhan. Ia hanya ingin segera memuaskan hasrat kejahatannya. Keinginan ini telah menghipnotis dirinya. Ia tidak mampu mengingat bahwa kejahatan adalah bumerang yang selalu kembali kepada tuannya. Kali ini bumerang kembali dengan 3 lembing tajam yang menembus dadanya. Anak yang tidak berkarya mencelakakan dirinya sendiri.
Lalu berkatalah Absalom dan setiap orang Israel: "Nasihat Husai, orang Arki itu, lebih baik dari pada nasihat Ahitofel." Sebab TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik itu digagalkan, dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada Absalom. (II Sam 17:14)
Tetapi Yoab berkata: "Aku tidak mau membuang-buang waktu dengan kau seperti ini." Lalu diambilnyalah tiga lembing dalam tangannya dan ditikamkannya ke dada Absalom, sedang ia masih hidup di tengah-tengah dahan pohon tarbantin itu. (II Sam 18:14)
B. Kesimpulan
Anak yang tidak berkarya akan mencelakakan orangtua, orang lain, dan diri sendiri.
C. Kebaruan
Absalom adalah sosok pria ideal yang sempurna secara fisik pada zamannya sehingga kehadirannya selalu menarik perhatian banyak orang.
Di seluruh Israel tidak ada yang begitu banyak dipuji kecantikannya seperti Absalom. Dari telapak kakinya sampai ujung kepalanya tidak ada cacat padanya. (II Sam 17:25)
D. Refleksi
Saya harus terus berkarya di dalam Tuhan untuk tidak mencelakai tetapi memberkati banyak keluarga dan banyak orang.
E. Kata Bijak
Ku gantungkan karyaku dalam senyuman kebanggaanmu.
No comments:
Post a Comment