Showing posts with label Kejadian. Show all posts
Showing posts with label Kejadian. Show all posts

Friday, May 9, 2025

Kejadian 27:1-46

Jika Ibu Tidak Berkarya

A. Ringkasan Khotbah

Istilah "Konco Wingking" dalam bahasa Jawa menggambarkan karya wanita yang terbatas dalam lingkup rumah tangga. Namun zaman telah berubah. Kini banyak wanita berkarya di luar rumah dan tidak sedikit yang mengungguli pria dalam hal pekerjaan. Di sisi lain perubahan ini telah menjarah waktu para wanita secara khusus waktu seorang ibu untuk belajar dan mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya. Khotbah berikut memperlihatkan akibat dari seorang ibu yang tidak berkarya bagi anak-anaknya di dalam Tuhan.

1. Kejahatan Dalam Rumah 

Kasih sayang Ribka kepada Yakub berada di jalur yang salah. Ia ingin Yakub hidup bahagia dengan jalannya sendiri. Sejak dini Yakub diajarkan untuk mendapatkan sesuatu dengan berani tanpa mempedulikan yang lain. Ribka menuntun Yakub dengan cermat untuk mengelabui ayahnya yang sudah tua demi mendapatkan berkat kesulungan. Kejahatan ditanamkan di dalam rumah.

Maka sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu. (Kej 27:8)  

Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya. (Kej 27:9)  

Bawalah itu kepada ayahmu, supaya dimakannya, agar dia memberkati engkau, sebelum ia mati." (Kej 27:10)  

Lalu kata Yakub kepada Ribka, ibunya: "Tetapi Esau, kakakku, adalah seorang yang berbulu badannya, sedang aku ini kulitku licin. (Kej 27:11)  

Mungkin ayahku akan meraba aku; maka nanti ia akan menyangka bahwa aku mau memperolok-olokkan dia; dengan demikian aku akan mendatangkan kutuk atas diriku dan bukan berkat." (Kej 27:12)  

Tetapi ibunya berkata kepadanya: "Akulah yang menanggung kutuk itu, anakku; dengarkan saja perkataanku, pergilah ambil kambing-kambing itu." (Kej 27:13)  

2. Bahaya Dalam Rumah

Kejahatan tidak akan pernah menghasilkan kebaikan. Segala usaha tipu daya yang dilakukan Ribka dan Yakub mendatangkan marabahaya. Esau yang terbiasa melemparkan tombak ke arah binatang buruan kini mengarahkan tombaknya ke tubuh Yakub adiknya. Dua kali tertipu menimbulkan sakit hati yang tidak terobati. Esau berubah menjadi seorang pemburu di dalam rumah yang bersabar menunggu waktu untuk menancapkan tombaknya. Bahaya ditimbulkan di dalam rumah.

Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku." Lalu katanya: "Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?" (Kej 27:36)  

Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: "Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh." (Kej 27:41)  

3. Pergi Dari Rumah

Ketika aroma bahaya tercium oleh Ribka, ia tidak dapat berbuat banyak. Demi keselamatan anaknya maka Yakub harus direlakan untuk pergi dari rumah. Ia tidak berjumpa lagi dengan anak kesayangannya sampai akhir hidupnya. Yakub pergi dari rumah dan menjadi pekerja pamannya di Haran. Bahaya menyebabkan anak pergi dari rumah.

Ketika diberitahukan perkataan Esau, anak sulungnya itu kepada Ribka, maka disuruhnyalah memanggil Yakub, anak bungsunya, lalu berkata kepadanya: "Esau, kakakmu, bermaksud membalas dendam membunuh engkau. (Kej 27:42)  

Jadi sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku, bersiaplah engkau dan larilah kepada Laban, saudaraku, ke Haran, (Kej 27:43)  

dan tinggallah padanya beberapa waktu lamanya, sampai kegeraman (Kej 27:44)  

dan kemarahan kakakmu itu surut dari padamu, dan ia lupa apa yang telah engkau perbuat kepadanya; kemudian aku akan menyuruh orang menjemput engkau dari situ. Mengapa aku akan kehilangan kamu berdua pada satu hari juga?" (Kej 27:45)  

B. Kesimpulan

Ibu yang tidak berkarya akan menanamkan kejahatan dalam rumah sehingga anak-anak menghadapi bahaya dan pergi dari rumah.

C. Kebaruan

Ribka bertumbuh besar di dalam keluarga yang tidak menyembah Tuhan. Ayah Ribka adalah Nahor saudara Abraham. 

Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. (Yos 24:2)

D. Refleksi 

Saya perlu sangat berhati-hati dengan ajaran-ajaran yang ditanamkan kepada anak di rumah.

E. Kata Bijak

Ketika rumah tidak lagi aman maka tidak ada tempat yang aman di dunia ini.


Saturday, March 1, 2025

Kejadian 3:7-13

Dosa Merusak Pengetahuan

A. Ringkasan Khotbah

Hidup di zaman yang serba kompleks mudah memicu perubahan diri seseorang secara drastis. Perubahan ini dalam psikologi disebut Mood Swing. Banyak hal dapat memicu Mood Swing namun menurut para pakar perubahan mendadak ini masih normal sejauh tidak menganggu relasi dengan diri sendiri maupun orang lain. Apakah perubahan semacam ini juga dapat terjadi dalam kehidupan kerohanian seseorang? Khotbah berikut memaparkan perubahan drastis pada pengetahuan manusia akan Tuhan ketika jatuh ke dalam dosa.

1. Tuhan Dibatasi. 

Ketika Adam dan perempuan memilih untuk menjadi hamba dosa dengan memakan buah terlarang maka perubahan mendadak terjadi pada diri mereka. Perubahan ini menyasar pengetahuan tentang Tuhan. Mereka bersembunyi di antara pohon-pohon. Bukankah Adam dan perempuan tahu Tuhan tidak terbatas dan manusia tidak dapat bersembunyi dari hadapan-Nya? Mengapa mereka melakukan hal yang bodoh itu? Dosa merusak pengetahuan manusia tentang Tuhan yang tidak terbatas.

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (Kej 3:7)

Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. (Kej 3:8)

2. Tuhan Ditakuti.

Kekuatan dosa bagaikan hentakan palu pada cermin. Dosa meluluhlantakkan pengetahuan Adam dan perempuan. Sebelumnya mereka begitu bahagia saat Tuhan berkunjung ke Taman Eden namun kini mereka ketakutan mendengar bunyi langkah Tuhan. Dosa merusak pengetahuan manusia tentang kehadiran Tuhan membawa suka cita.

Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" (Kej 3:9)

Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." (Kej 3:10)

3. Tuhan Disalahkan.

Pengetahuan manusia yang hancur tidak menghentikan hantaman dosa. Dosa semakin gencar hendak membinasakan pengetahuan manusia. Adam dan perempuan mulai berani menuduh Tuhan sebagai akar masalah. Adam menuduh Tuhan menempatkan perempuan dan perempuan menuduh Tuhan membiarkan ular memperdayanya. Dosa merusak pengetahuan manusia tentang Tuhan yang benar dan setia.

Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" (Kej 3:11)

Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." (Kej 3:12)

Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." (Kej 3:13)

Kesimpulan Khotbah: Dosa merusak pengetahuan manusia tentang Allah yang tidak terbatas, sumber sukacita, dan benar.

B. Kebaruan

Nama Hawa diberikan Adam kepada isterinya saat mereka telah jatuh ke dalam dosa. Sebelumnya ia disebut ishshah dalam  bahasa Ibrani yang berarti perempuan. 

Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. (Kej 3:20) 

C. Refleksi 

Kerusakan pengetahuan dalam diri saya masih membayangi dan saya sadar hanya Yesus Kristus yang mampu memulihkannya.

D. Kata Bijak

Cermin retak bayang pecah, Yesus bingkai jadi indah.


Saturday, February 15, 2025

Kejadian 12:1-9

Berkat Dalam Ketaatan

A. Ringkasan Khotbah

Taat artinya patuh dan setia terhadap sesuatu. Taat merupakan pendakian panjang untuk mencapai puncak demi sebongkah harapan (berkat). Namun sayangnya pendakian yang panjang ini membutuhkan energi yang besar. Banyak orang berhenti untuk taat karena kehabisan energi dan akhirnya kehilangan harapan. Sama halnya dengan kehidupan orang percaya di mana Tuhan telah menyediakan berkat di puncak. Permasalahannya adalah bagaimana orang percaya dapat terus mendaki dan tidak kehabisan energi. Khotbah berikut memperlihatkan bagaimana Abraham dapat terus mendaki meskipun jatuh bangun dalam segala pergumulannya.

1. Melihat Ke Depan

Abraham merencanakan langkah pertama dengan melihat berkat yang Tuhan sediakan di depan. Berkat yang samar-samar bagi dirinya tidak mengalihkan pandangannya. Ia harus menggapai berkat Tuhan tanpa tergoda oleh berkat duniawi. Ketaatan dimulai dengan melihat kepada janji Tuhan.

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (Kej 12:1)

Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (Kej 12:2)

Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kej 12:3)

2. Memilih Sekarang

Rencana tetap hanya sebuah rencana jika tidak dilakukan. Abraham harus mengambil keputusan untuk memilih tetap diam atau memulai pendakian yang panjang ini. Abraham terlihat tidak ragu untuk memilih taat kepada Tuhan dan segera menapaki langkah pertama menuju berkat Tuhan. Ketaatan dijalankan dengan membuat segera menentukan pilihan.

Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. (Kej 12:4)

Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. (Kej 12:5)

Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. (Kej 12:6

3. Meneguhkan hati

Langkah kecil dari Abraham diapresiasi Tuhan. Abraham makin sadar bahwa tidak mungkin menempuh pendakian yang jauh ini tanpa hati yang teguh. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mampu meneguhkan hati manusia selain Tuhan. Itulah iman Abraham yang mendorongnya datang  kemudian membangun mezbah bagi Tuhan. Ketaatan ditenagai oleh hati yang diteguhkan Tuhan.

Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. (Kej 12:7)

Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN. (Kej 12:8)

Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb. (Kej 12:9) 

Kesimpulan Khotbah: Berkat Tuhan diperolah melalui ketaatan yang mampu melihat, memilih, dan mendekat kepada janji Tuhan.

B. Kebaruan

Kejadian 12:1 adalah perintah Tuhan yang kedua kali kepada Abraham dan perintah yang sama mengerakkan Abraham pindah dari Ur Kasdim ke Haran (Kis 7:2).

C. Refleksi 

Selama ini ketaatan saya didasarkan dengan kekuatan sendiri sehingga terasa berat dan sulit. Firman Tuhan mengajarkan ketaatan harus berdasarkan pandangan yang terfokus kepada Tuhan sehingga setiap pilihan untuk taat menjadi begitu mudah.

D. Kata Bijak

Satu jejak di garis akhir diikuti jutaan jejak di lintasan.

Saturday, October 12, 2024

Kejadian 1:27-28

Penjaga Dunia

A. Ringkasan Khotbah

Isu lingkungan hidup telah menjadi perhatian utama di berbagai negara terutama isu  pencemaran, pemanasan global, kepunahan fauna, dan krisis air. Sadar atau tidak isu-isu ini tidak terlepas dari perbuatan manusia. Demi kenyamanan pribadi manusia telah merusak tempat tinggalnya sendiri. Dunia tempat tinggal manusia kini tidak lagi bersahabat tetapi menjadi ancaman yang serius bagi kehidupannya. Di tengah situasi yang kacau ini bagaimana orang percaya menyikapinya? Apakah orang percaya harus diam atau bagaimana? Dan apa sebenarnya yang Tuhan inginkan sejak semula? Khotbah ini membawa pendengar meninjau kembali tugas yang Tuhan embankan kepada manusia sejak dunia diciptakan. 

1. Serupa Dengan Tuhan

Tuhan seumpama seorang ayah yang sedang mempersiapkan anaknya untuk menjadi penerusnya. Anak serupa (mirip) dengan orangtuanya demikian manusia diciptakan serupa dengan Tuhan (imago Dei). Keserupaan ini berarti manusia memiliki sifat (atribut) yang dimiliki Tuhan seperti: kualitas sungguh amat baik, jujur, kudus, kekuatan intelektual, perasaan, kebebasan moral, dan lainnya. Keserupaan ini juga berkaitan dengan karya Tuhan dalam memelihara ciptaan-Nya yang harus dikerjakan oleh manusia. Manusia berkewajiban menjaga dunia ciptaan Tuhan. 

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kej 1:27) 

2. Memberi Kemampuan

Ayah yang baik tidak pernah mengabaikan pembekalan yang memadai untuk anaknya. Terlebih Tuhan yang penuh kasih. Menjaga dunia ciptaan membutuhkan pembekalan. Tanpa itu manusia tidak mampu untuk mengerjakannya. Oleh sebab itu Tuhan membekali (memberkati) manusia dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjaga dunia. Kemampuan yang diberikan adalah reproduksi, kreasi, dan representasi. Kemampuan reproduksi adalah supaya menambah jumlah manusia dalam memenuhi bumi, kemampuan kreasi adalah supaya manusia mampu memanfaatkan semua ciptaan demi kebaikan, dan kemampuan representasi adalah supaya manusia mampu memerintah dunia ini seperti Tuhan. Dengan kemampuan-kemampuan yang diberikan, kini sang anak telah siap untuk serupa dengan orangtuanya secara utuh. Bukan hanya serupa wajahnya tetapi juga serupa dengan pekerjaannya.

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28) 

Kesimpulan Khotbah: Manusia yang serupa Tuhan adalah penjaga dunia yang telah diberkati Tuhan dengan kemampuan-kemampuan untuk menguasai dan menaklukkan dunia.

B. Kebaruan

Berkat pertama yang Tuhan limpahkan kepada manusia bukan material tetapi kemampuan untuk menjalankan tugas yang memperlihatkan keserupaan dengan diri-Nya.

C. Refleksi 

Saya belajar bahwa diberkati Tuhan berarti diberikan banyak kemampuan oleh Tuhan untuk melakukan tugas pelayanan yang dipercayakan. 

D. Kata Bijak

Dia yang memilih pasti Dia membekali.


Saturday, October 5, 2024

Kejadian 2:1-3

Pemilik Dunia

A. Ringkasan Khotbah

Pesona alam seringkali membuat orang berdecak kagum. Lembayung senja menyinari pasir putih, kemilau daun hijau melambai disentuh angin, awan putih menari di lembaran langit biru, dan banyak keindahan alam lainnya yang tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata. Apakah alam yang luas nan indah ini terjadi begitu saja? Mungkinkah ada pemiliknya? Atau semua ini hanya kebetulan? Salah satu teka-teki besar dalam hidup manusia adalah mencari tahu siapa pemilik dunia ini. Tidak sedikit orang mencoba menjawab dengan pandangan-pandangan yang spekulatif. Mungkin pandangan tersebut memukau namun belum tentu benar. Khotbah ini menuntun pembaca untuk menemukan pemilik dunia ini melalui kebenaran firman Tuhan.  

1. Menyatakan

Teka-teki pencarian kepemilikan dunia ini dimulai dari pernyataan. Siapakah di dunia ini yang berani mengatakan bahwa dunia ini milik-Nya? Tidak ada satu pun "manusia sehat" yang berani menyatakannya karena pada kenyataanya memang bukan. Tetapi Tuhan menyatakan bahwa "Akulah Pencipta langit dan bumi dan Aku juga yang menyelesaikannya". Awalnya dunia ini "tidak ada" menjadi "ada" (creatio ex nihilo). Pencarian pemilik dunia dimulai dari pernyataan Tuhan bahwa diri-Nya adalah Sang Pencipta yang menyelesaikan penciptaan dunia ini.

Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (Kej 2:1)  

2. Menyelesaikan

Tentu pernyataan saja tidak cukup untuk meyakinkan kita. Perlu bukti untuk memperkuat pernyataan itu. Tuhan memberikan bukti dengan memberikan informasi lebih rinci mengenai karya penciptaan-Nya. Ia tidak hanya memulai penciptaan pada hari pertama tetapi Ia menyelesaikan penciptaannya secara lengkap pada hari ketujuh. Itulah sebabnya Ia berhenti. Pencarian pemilik dunia ini teruskan pada bukti penyelesaian penciptaan secara lengkap akan dunia ini oleh Tuhan pada hari ketujuh.

Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kej 2:2)  

3. Memberkati & Menguduskan

Kepemilikan Tuhan akan dunia ini menjadi utuh ketika Ia menunjukkan kuasanya atas dunia ini. Ia berkuasa melimpahi ciptaan-Nya dengan kebaikan. Ia memberkati (Kej 1:22,28) dan menguduskan ciptaan-Nya (Kej 2:3). Tuhan menguduskan hari ketujuh supaya manusia mengakui kepemilikan Tuhan atas dunia ini sampai turun temurun (Kel 20:11). Pencarian pemilik dunia ini dikukuhkan dengan keberkuasaan Tuhan atas dunia ini yang ditunjukkan dengan memberkati dan menguduskannya.

Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kej 2:3)

Kesimpulan khotbah: Tuhan membuktikan diri-Nya adalah pemilik dunia ini dengan menyatakan, menyelesaikan, memberkati, dan menguduskan ciptaan-Nya.

B. Kebaruan

Dalam Kejadian 2:1 kata "langit" berasal dari kata Shamayim dalam bahasa Ibrani yang berarti langit atau surga. Makna dari kata ini memberitahukan bahwa Tuhan menciptakan surga dan bumi beserta segala isinya.

C. Refleksi 

Mengimani segala yang saya miliki adalah milik Tuhan supaya semakin bijak dalam menggunakannya.

D. Kata Bijak

Milik Tuhan ikut Tuhan.


Saturday, September 21, 2024

Kejadian 33:1-15

Mengampuni

A. Ringkasan Khotbah

Benarkah saya sudah mengampuni dia? Apa tolak ukur dari pengampunan yang sungguh-sungguh? Khotbah ini memperlihatkan pengampunan sesungguhnya yang terlihat dalam tindakan-tindakan terhadap orang yang diampuninya. Pengampunan semacam ini dinyatakan dalam kisah Esau mengampuni adiknya. Yakub telah dua kali menusuk hatinya dengan tipu muslihat dan kemudian melarikan diri. Ia pergi begitu saja tanpa meminta maaf. Esau yang semula marah besar dan ingin membunuh adiknya kemudian dalam kesendiriannya dapat merenung dan mengampuni. Pengampunan Esau yang sungguh-sungguh dapat dilihat dari tindakan kasihnya ketika Yakub pulang dari perantauan.

1. Menghampiri 

Dari kejauhan Esau melihat bayang-bayang orang yang berjalan dan bersujud. Esau memperhatikan dengan cermat. Tidak salah lagi itu adalah Yakub adiknya yang sudah merantau belasan tahun. Esau tidak mampu bersabar lagi saat adiknya berjalan pelan ke arahnya dan mulailah ia berlari sekuat tenaga. Dengan nafas yang terengah-engah ia menerjang Yakub dengan rangkulan lalu menciumnya. Pertemuan yang dramatis ini memaksa keduanya meneteskan air mata. Air mata Esau mengandung rindu dan pengampunan. Mengampuni menggerakkan Esau untuk berlari menghampiri adiknya.

Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu. (Kej 33:1)

 Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali. (Kej 33:2)

Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. (Kej 33:3)  

Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. (Kej 33:4)  

2. Perhatian 

Sembari menyeka air matanya Esau melihat sekelompok wanita dan anak-anak berjalan mendekat. Esau ingin tahu siapa yang bersama-sama dengan adiknya. Ternyata yang menyusul mereka adalah ipar dan keponakannya. Esau pun bergembira dengan keluarga yang dibangun oleh adiknya. Mengampuni menggerakkan Esau untuk memberi perhatian dan mencari tahu tentang adiknya. 

Kemudian Esau melayangkan pandangnya, dilihatnyalah perempuan-perempuan dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: "Siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?" Jawab Yakub: "Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini." (Kej 33:5)  

Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud. (Kej 33:6)  

Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan merekapun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud. (Kej 33:7) 

3. Menerima

Lalu Esau mempertanyakan maksud dari hadiah yang sudah lebih dahulu tiba kepadanya. Yakub ingin mendapatkan anugerah pengampunan dari abangnya dengan hadiah itu. Tetapi Esau tidak membutuhkan hadiah untuk mengampuni Yakub. Di lain sisi Esau lebih kaya dari Yakub. Tetapi ia tidak ingin adiknya yang baru pulang meragukan pengampunannya dan kecewa maka ia pun menerima pemberian itu. Mengampuni menggerakkan Esau untuk menerima pemberian adiknya.

Berkatalah Esau: "Apakah maksudmu dengan seluruh pasukan, yang telah bertemu dengan aku tadi?" Jawabnya: "Untuk mendapat kasih tuanku." (Kej 33:8)  

Tetapi kata Esau: "Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu." (Kej 33:9)  

Tetapi kata Yakub: "Janganlah kiranya demikian; jikalau aku telah mendapat kasihmu, terimalah persembahanku ini dari tanganku, karena memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah, dan engkaupun berkenan menyambut aku. (Kej 33:10)  

Terimalah kiranya pemberian tanda salamku ini, yang telah kubawa kepadamu, sebab Allah telah memberi karunia kepadaku dan akupun mempunyai segala-galanya." Lalu dibujuk-bujuknyalah Esau, sehingga diterimanya. (Kej 33:11)  

4. Menyertai

Pertemuan yang singkat tidak memuaskan Esau. Ia tidak ingin segera mengakhiri pertemuan yang dinanti-nantikannya. Sudah lama ia tidak berbincang-bincang dengan adiknya dan mendengar cerita perantauan adiknya selama belasan tahun. Esau ingin berjalan bersama-sama dengan adiknya dan menjaga keselamatan anggota keluarganya yang baru ia kenal. Namun permintaan kecil ini ditolak Yakub dengan halus. Akhirnya dengan berat hati Esau pun meninggalkan mereka. Mengampuni menggerakkan Esau ingin menyertai dan bersama-sama dengan adiknya.

Kata Esau: "Baiklah kita berangkat berjalan terus; aku akan menyertai engkau." (Kej 33:12) 

Tetapi Yakub berkata kepadanya: "Tuanku maklum, bahwa anak-anak ini masih kurang kuat, dan bahwa beserta aku ada kambing domba dan lembu sapi yang masih menyusui, jika diburu-buru, satu hari saja, maka seluruh kumpulan binatang itu akan mati. (Kej 33:13)

Biarlah kiranya tuanku berjalan lebih dahulu dari hambamu ini dan aku mau dengan hati-hati beringsut maju menurut langkah hewan, yang berjalan di depanku dan menurut langkah anak-anak, sampai aku tiba pada tuanku di Seir." (Kej 33:14)

Lalu kata Esau: "Kalau begitu, baiklah kutinggalkan padamu beberapa orang dari pengiringku." Tetapi Yakub berkata: "Tidak usah demikian! Biarlah aku mendapat kasih tuanku saja." (Kej 33:15)

Kesimpulan khotbah adalah mengampuni dengan sungguh-sungguh melahirkan kemauan untuk mendekat, memperhatikan, menerima, dan menghabiskan waktu bersama-sama.

B. Kebaruan

Kata kasih dalam Kejadian 33:8 berasal dari kata chen dalam bahasa Ibrani yang berarti kemurahan, anugerah, atau penerimaan. Jadi pemberian Yakub dimaksudkan sebagai permohonan anugerah/kemurahan dari Esau untuk mengampuninya.

C. Refleksi 

Saya perlu belajar mengampuni yang sesungguhnya sehingga hubungan dapat dipulihkan dan bahkan mencapai tingkat yang lebih dalam.

D. Kata Bijak

Mengampuni seperti Yesus mengampuni.

Saturday, September 14, 2024

Kejadian 25:29-34


Tipu Muslihat

A. Ringkasan Khotbah

Tipu muslihat adalah siasat seseorang untuk mengecoh, menyesatkan, mengakali, atau mencari untung diri sendiri dengan serangkaian perbuatan "jahat" terhadap orang lain. Perbuatan jahat semacam ini tidak memandang bulu. Orang paling dekat sekalipun bisa menjadi mangsanya. Tidak heran jika tipu muslihat selalu mengintai di balik kebaikan-kebaikan palsu untuk merampas sesuatu yang paling berharga dari mangsanya. Khotbah ini memberi gambaran tipu muslihat yang dilakukan Yakub kepada Esau demi merampas Hak Kesulungannya.

1. Perangkap 

Yakub yang pembawaannya tenang dan ambisius memenuhi kriteria untuk melakukan tipu muslihat. Absennya kasih yang benar menjadikan Yakub tidak segan-segan memangsa abangnya sendiri. Matanya tertuju kepada Hak Kesulungan yang dimiliki Esau seolah-olah Esau telah merebut darinya dengan keluar terlebih dahulu dari kandungan (lahir). 

Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. (Kej 25:29)

Yakub tidak hanya sedang memasak kacang merah tetapi sesungguhnya ia sedang berburu. Seperti nelayan ilegal yang sedang berburu sirip ikan hiu yang berharga. Ia telah memasang perangkap dengan menjatuhkan umpan kacang merah ke tempat di mana Esau akan datang. Kini Yakub tinggal sabar menunggu.

2. Syarat

Esau yang lapar dan haus tidak mampu menahan godaan itu. Aroma kacang merah menyeret indera Esau untuk terarah kepadanya. Seperti hiu lapar yang melihat potongan daging segar di permukaan laut demikian Esau menyambar umpan itu. Sekali sambaran menjadikan dirinya tertindik mata kali pada sisi mulutnya. Esau tersiksa dengan makanan di hadapannya yang tidak dapat ditelan. Melihat mangsanya terperangkap, Yakub tidak menyia-yiakan kesempatan. Dengan cepat ia menawarkan syarat untuk lepas dari penderitaan itu. Lepaskan Hak Kesulungan maka engkau akan terlepas pula dari penderitaan. 

Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. (Kej 25:30) 

Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." (Kej 25:31)  

3. Desak

Esau tidak berdaya dalam perangkap Yakub. Tatapan mata Yakub memanipulasi Esau, seolah-olah kematian akan segera menjemputnya jika tidak segera memakan kacang merah itu. Yakub mendesak Esau untuk segera menyerahkan miliknya. Sesaat itu Hak Kesulungan sepertinya kehilangan arti dalam hidup Esau dan tanpa berpikir panjang ia pun memberikannya kepada Yakub. Sorak kemenangan dalam hati Yakub, ia telah berhasil mengerat sirip ikan hiu yang mahal itu. Hiu yang telah kehilangan sirip berharganya kemudian dilepaskan kelautan. Yakub melepaskan Esau dengan memberikan kacang merah dan ditambahkan dengan roti sebagai perayaan keberhasilannya sekaligus menutup jejak perburuannya.

Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" (Kej 25:32)  

Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. (Kej 25:33) 

Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu. (Kej 25:34)  

Kesimpulan Khotbah adalah tipu muslihat adalah serangkai perbuatan jahat untuk menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain.

B. Kebaruan

Permainan kata dalam bahasa Ibrani dalam Kejadian 25:29 di mana kata "memasak" (zid) memiliki lafal yang mirip dengan kata "berburu" (tsayid). Artinya Yakub bukan hanya sekedar memasak tetapi Yakub sedang berburu hak kesulungan.

C. Refleksi 

Jika mencintai diri sendiri lebih besar dari mencintai sesama maka saya rentan melakukan perbuatan jahat.

D. Kata Bijak

Tipu muslihat berkata aku melakukannya demi cinta.


Saturday, September 7, 2024

Kejadian 22:4-10


Pengorbanan Tersembunyi

A. Ringkasan Khotbah

Keberhasilan seseorang tidak lepas dari peran orang di dekatnya. Seperti pepatah mengatakan "Di balik pria yang sukses pasti ada seorang wanita yang baik". Artinya kesuksesan seseorang tidak terlepas dari pengorbanan seseorang yang mengasihinya. Pengorbanan adalah wujud nyata dari kasih. Tetapi yang disayangkan adalah pengorbanan tidak pintar menunjukkan diri. Ia kalah telak dibandingkan dengan "kata-kata manis" yang selalu tampil di muka. Butuh setumpuk kecermatan dan  segudang waktu untuk memahami pengorbanan yang tersembunyi itu. Kali ini khotbah tentang pengorbanan meneropong pengorbanan Ishak di balik kesuksesan Abraham melewati ujian yang berat dari Tuhan.

1. Mengorbankan Waktu 

Ishak adalah anak semata wayang di keluarga Abraham. Niscaya keinginannya menjadi pertimbangan utama dalam keluarga. Ishak bisa saja menolak ajakan ayahnya untuk bepergian selama 3 hari. Tidak sulit bagi Ishak untuk merengek ke ibunya supaya tidak perlu menghabiskan waktu 3 hari "hanya" untuk pergi memberikan korban kepada Tuhan. Tetapi demi menunjukkan kasihnya kepada ayah dan Tuhannya, ia rela mengorbankan waktunya.

Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. (Kej 22:4)  

Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." (Kej 22:5)  

2. Mengorbankan Tenaga

Mengasihi tidak dapat dilakukan dengan setengah-setengah. Pengorbanan waktu bukan berarti sudah cukup untuk menyuarakan kasih. Tanpa banyak bicara Ishak yang lelah karena 3 hari perjalanan langsung melangkah dengan seikat kayu di pundaknya. Ia mengerahkan tenaga yang tersisa dan mulai melangkah setapak demi setapak bersama Abraham. Bukankan Ishak berhak mengeluh atau meminta bujang yang bersama-sama dengan mereka memikul kayu tersebut? Sekali lagi mengasihi menuntut lebih dari pengorbanan waktu. Mengasihi juga menuntut pengorbanan tenaga.

Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (Kej 22:6)

3. Mengorbankan Perasaan

Sambil melangkah pelan Ishak menemukan sesuatu yang tidak biasanya. Ia khawatir ayahnya yang berusia melupakan sesuatu yang penting dalam memberikan korban kepada Tuhan yaitu korban itu sendiri. Kekhawatiran Ishak ditunjukkan dengan sebuah pertanyaan lirih kepada Abraham. Namun jawaban Abraham tidak mampu dicerna oleh akal pikiran Ishak. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah melihat atau mendengar bahwa Tuhan yang menyediakan korban. Yang Ishak tahu adalah pemberi korban selalu membawa korban. Kegundahan menyelimuti perasaannya tetapi ia memilih diam dan percaya. Mengasihi menuntut lebih dari waktu dan tenaga, ia juga menuntut pengorbanan perasaan.

Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kej 22:7)  

Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (Kej 22:8)  

4. Mengorbankan Hidup

Ternyata tuntutan kasih tidak berhenti sampai di situ saja. Pada akhirnya Ishak membayar lunas semua tuntutan kasih. Ia rela mengorbankan hidupnya untuk mengasihi ayah dan Tuhannya. Ishak yang diperkirakan berumur remaja menuju dewasa memiliki tubuh yang kuat. Ia sanggup memikul kayu bakaran dan menempuh jarak yang cukup jauh. Memberontak melawan ayahnya yang sudah tua adalah perkara ringan bagi dirinya. Namun hal itu tidak terjadi. Kasih membuatnya tidak berdaya ketika diikat. Kasih membuatnya terbaring di atas kayu bakaran. Kasih membuatnya diam ketika pisau tajam siap dihunjamkan ke lehernya. Kasih membuatnya menyerahkan hidupnya. Mengasihi telah menuntut pengorbanan hidupnya dan ia pun rela mengorbankannya.

Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. (Kej 22:9)  

Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. (Kej 22:10)  

Kesimpulan Khotbah adalah mengasihi ditunjukkan dengan kerelaan mengorbankan waktu, tenaga, perasaan, dan seluruh hidup.

B. Kebaruan

Ishak tidak melawan Abraham ketika ia tahu bahwa dirinya adalah korban yang akan dipersembahkan kepada Tuhan.

C. Refleksi 

Pengorbanan harus menjadi bahasa kasih dalam kehidupan saya. Bukan hanya kata-kata tetapi perbuatan nyata seperti yang dilakukan oleh Ishak.  

D. Kata Bijak

Di balik keberhasilan pasti ada pengorbanan yang tersembunyi.


Saturday, August 31, 2024

Kejadian 4:3-12

Bermula Dari Hati

A. Ringkasan Khotbah

Dalam Perjanjian Lama "Hati" bukan sekedar organ tubuh manusia saja tetapi hati adalah sentral dari diri manusia yang meliputi emosi, keinginan, pemilihan, dan kecerdasan. Hati berperan penting sekaligus bagian manusia yang paling rentan. Tanpa bendera "iman" yang tertancap kuat di hati manusia maka hati bukan lagi ladang yang subur untuk disemai bibit kebenaran tetapi hati menjadi ladang ranjau yang siap untuk meledak. Ledakan dalam hati manusia akan menghancurkan manusia dari dalam hingga meremukkan seluruh hidupnya. Prinsip kebenaran tentang hati manusia dibahas melalui hikayat pembunuhan Kain terhadap Habel.

1. Hati Tanpa Iman 

Hikayat ini dimulai dengan pemandangan yang indah di mana sepasang adik-beradik sedang memberikan persembahan kepada Tuhan. Keduanya memberikan yang terbaik dalam versi masing-masing. Namun pada akhirnya hanya persembahan terbaik menurut Tuhan yang diterima.

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; (Kej 4:3)  

Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, (Kej 4:4)  

tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. (Kej 4:5)  

Persembahan Habel lebih baik dari Kain karena berasal dari hati yang beriman. Hati yang tertancap bendera "iman" mendorong Habel melakukan semua dengan baik dan benar sehingga pada akhirnya berkenan kepada Tuhan. Tuhan tidak menerima persembahan yang diberikan dengan hati yang tidak beriman (Yes 1:11-13; Hos 6:6; Mi 6:6-8).

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. (Ibr 11:4)

2. Muka Yang Muram

Berbeda dengan Habel, hati Kain adalah ladang ranjau. Sedikit sentuhan sudah cukup memicu ledakan yang kuat. Persembahan Kain yang tidak diterima Tuhan telah memberikan sentuhan ringan dan meledakkan ranjau di hati Kain. Ledakan pertama langsung menghancurkan senyuman manis di wajah Kain. Ia tidak lagi mampu berseri ketika Tuhan berbicara kepadanya.

Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? (Kej 4:6) 

3. Telinga Yang Terkatup

Ledakan pertama memicu ledakan pada ranjau lainnya. Secepat kilat ledakan yang kedua mengatupkan telinga Kain terhadap firman Tuhan. Suara yang penuh kasih ini kini tidak lagi diizinkan masuk. Bisikan pertobatan Tuhan kepadanya pun tertahan di luar telinganya.

Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (Kej 4:7)  

4. Tangan Yang Kejam

Ledakan selanjutnya pun tidak terbendung. Semburan api ledakkan akhirnya memanaskan tangan Kain untuk menyalurkan hawa panas dalam hatinya. Tangan yang digunakan untuk bertani kini menjadi senjata yang mengakhiri hidup adiknya. Tanpa ampun pukulan demi pukulan dilayangkan hingga Habel menghembuskan nafas terakhir.

Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. (Kej 4:8) 

5. Mulut Yang Menantang

Kematian Habel tidak mampu menghentikan ledakan ranjau dalam hati Kain. Kini hawa panas dari hatinya menggebu-gebu keluar dari mulutnya. Firman Tuhan yang membawa pertobatan terdengar sebagai seruan tantangan bagi Kain. Ia pun lekas melontarkan kata-kata yang kasar dan menantang.

Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?" (Kej 4:9) 

6. Hidup Yang Terkutuk

Tidak perlu waktu yang lama untuk meluluhlantakkan hidup Kain. Hatinya yang membara menjadikan dirinya sebagai pemberontak terhadap Tuhan. Dua kali Tuhan memberikan kesempatan dan saatnya Tuhan memberikan keadilan. Kain dikutuk Tuhan untuk menjadi seorang pelarian dan hidup susah seumur hidupnya. Pada akhirnya seluruh hidup Kain hancur berantakan.

Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. (Kej 4:10) 

Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. (Kej 4:11)

Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi." (Kej 4:12)

Kesimpulan khotbah adalah hati yang tidak beriman kepada Kristus akan menuju kepada kehancuran hidup.

B. Kebaruan

Kain adalah orang pertama yang melakukan pembunuhan dan orang pertama yang dikutuk oleh Tuhan. Sebelumnya Tuhan mengutuk ular dan tanah atas peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej 3:14, 17).

C. Refleksi 

Saya harus tetap berusaha menaklukkan hati yang rentan ini di dalam penjagaan Tuhan Yesus yang penuh kasih.

D. Kata Bijak

Hati-hati dengan hati supaya hidup berhati seperti hati Kristus.

Thursday, July 25, 2024

Kejadian 22:1-19

 

Takut Akan Tuhan: Tidak Ragu

 A.   Ringkasan Khotbah

Banyak kejadian dalam hidup ini yang tidak mampu kita pahami (mengerti) dengan baik. Ketidakpahaman kerap kali menjadi penyebab dari keraguan untuk bertindak. Namun pemandangan semacam ini tidak terlihat dalam panorama kisah kepercayaan Abraham diuji Tuhan dengan perintah mempersembahkan anaknya Ishak (Kej 22:1-19). Keindahan kisah ini dibahas secara khusus dalam tiga poin besar untuk melihat lebih jelas sikap Abraham dan maksud Tuhan atas dirinya.

1.     Tidak Mengerti (Kej 22:1-2)

Abraham tidak mengerti mengapa Tuhan yang Mahabaik memberikan perintah yang "kejam" itu.

Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kej 22:2).

Bukankah Ishak adalah anak yang dijanjikan? Pertanyaan tanpa jawaban pasti muncul dalam pikiran Abraham bak tetesan gerimis yang kian lama kian menderas. Abraham tidak mengerti apa alasan dari firman Tuhan itu, namun ia tidak menghentikan langkahnya dalam mengikut Tuhan.

2.     Tidak Ragu (Kej 22:3-10)

Langkah tegap Abraham tetap terdengar di tengah derasnya hujan pertanyaan tanpa jawaban yang pasti itu. Bagi Abraham firman Tuhan tidak selalu harus segera dimengerti tetapi selalu harus segera dilakukan.

Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya (Kej 22:3). 

Abraham tidak ragu membawa anak kesayangannya menuju ke gunung "kekejaman" itu di mana anak tersayang harus disembelih dengan tangannya sendiri. Ia pun siap untuk melakukannya persis seperti yang biasa dilakukannya dalam mempersembahkan korban kepada Tuhan.

3.     Tidak Dibiarkan (Kej 22:11-19)

Ternyata firman Tuhan yang dikira "kejam" itu adalah ujian puncak bagi Abraham. Tuhan tidak membiarkan Abraham terus terduduk dalam bayang-bayang pertanyaan tanpa jawaban pasti.

Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kej 22:12 ).

Abraham mendapat nilai sempurna dalam menghadapi ujian puncak ini dan berhasil mempertahankan predikat "Takut Akan Tuhan".

maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya (Kej 22:17).
Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." (Kej 22:18).

Keberhasilan Abraham mendatangkan berkat yang tidak pernah ia bayangkan, berkat yang begitu agung dijanjikan Tuhan bagi dirinya bahkan sampai keturunan-keturunannya.

Kesimpulan dari khotbah adalah takut akan Tuhan memampukan seseorang untuk tetap taat dan tidak ragu dalam melakukan firman Tuhan sampai berkat-berkat Tuhan dinyatakan.

B.   Kebaruan

Ishak diperkirakan sudah berumur remaja ketika dibawa oleh Abraham ke gunung karena Ishak sudah cukup kuat untuk memikul kayu untuk korban bakaran.

Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama (Kej 22:6).

C.   Refleksi

Seringkali saya menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan mengapa Tuhan mengizinkan ini dan itu terjadi. Khotbah ini mengingatkan kembali bahwa tidak selalu harus segera memahami segala hal yang terjadi, tetapi harus selalu taat kepada Tuhan karena ia tidak pernah membiarkan saya berjalan sendiri.

D.   Kata Bijak

Menoleh ke belakang terhenti di jalan setapak, menatap Tuhan melewati rimba onak berduri.

Yohanes 14:1-14

Satu-satunya Jalan A. Ringkasan Khotbah Sepenggal kata mutiara mengatakan hidup adalah perjalanan dan nikmatilah setiap langkahnya. Jika hid...