Saturday, September 28, 2024

Lukas 10:29-37

Siapa Sesamaku ?

A. Ringkasan Khotbah

Hukum utama dalam kekristenan adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri (Mat 22:37-39). Tidak sulit untuk dimengerti bahwa Tuhan yang dimaksud adalah Allah Tritunggal yang dikenal melalui Yesus Kristus. Tetapi ketika berbicara tentang mengasihi sesamaku manusia maka kesulitan pun muncul. Siapakah sesamaku manusia? Apakah sesamaku adalah orang-orang yang sesuku, semarga, setingkat pendidikan, seagama, atau yang memiliki kesamaan lainnya dengan diriku? Khotbah ini memperlihatkan dengan jelas siapa sesamaku dan bagaimana mengasihi sesamaku berdasarkan perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati.

1. Mata Memandang

Perumpamaan ini diawali dengan pemandangan yang menyeramkan di mana seseorang tergeletak bersimbah darah. Ia kehilangan segalanya karena dirampok dan akan segera kehilangan nyawanya dengan luka-luka parah jika tidak ada yang menolongnya. Jalan yang sepi itu menjadi saksi bisu atas kejadian ini. Tidak lama kemudian 2 orang "suci" di kalangan Israel melewati jalan tersebut secara bergiliran. Keduanya sama-sama memandang dan memperhatikan orang tersebut. Wajahnya sudah tidak dapat dikenali dan hartanya pun sudah lesap. Kondisi ini mengaburkan pandangan kedua orang "suci" ini untuk mengenali sesamanya yang membutuhkan kasih. Lalu mereka memutuskan untuk membiarkannya mati secara perlahan-lahan dan meninggalkannya. Keadaan yang tidak baik dapat mengaburkan pandangan mata untuk mengenali sesama. 

Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. (Luk 10:30)  

Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (Luk 10:31)  

Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (Luk 10:32)  

2. Hati Mendorong 

Tidak lama setelah ditinggalkan terdengarlah bunyi derap langkah ringan. Kian lama bunyi tersebut kian mendekat. Seorang Samaria yang disebut "kafir" turun dari keledainya. Ia memandang orang itu tetapi ia juga tidak dapat mengenalinya. Sesaat itu ia berada di persimpangan pemikiran. Matanya tidak mendapati kesamaan antar mereka. Apakah ia sesamaku atau bukan? Tidak perlu waktu yang lama ia berdiri di persimpangan itu. Pemikirannya tercerahkan ketika ia merasakan seruan hatinya yang berbunyi: "Ia sesamamu dan membutuhkan kasihmu!" Mengasihi bukan aktivitas mencari persamaan tetapi merasakan dorongan kasih Tuhan dari dalam hati.

Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (Luk 10:33)  

3. Tangan Menolong 

Dorongan hati yang kuat menggerakkan tangannya untuk memberi pertolongan pertama pada luka-lukanya. Tidak berhenti sampai di situ saja, ia bahkan mencari orang sebagai perpanjangan tangannya untuk memastikan sesamanya dirawat dengan baik hingga pulih. Hati yang penuh kasih tidak mengizinkan pertolongan yang setengah-setengah. Inilah cara mengasihi sesama yang dikehendaki Tuhan Yesus. Hati yang mengasihi meringankan tangan untuk menolong sesama.

Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. (Luk 10:34) 

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. (Luk 10:35)  

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" (Luk 10:36)  

Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Luk 10:37) 

Kesimpulan khotbah adalah mengasihi sesamaku berarti menunjukkan pertolongan kepada semua orang yang membutuhkan tanpa membeda-bedakan. 

B. Kebaruan

Dalam Lukas 10:31- 33 kata melihat berasal dari kata eido dalam bahasa Yunani yang berarti melihat, memperhatikan, membedakan, atau mempersepsikan. Jadi ketiga orang yang melewati orang tersebut tidak sekedar melihat saja tetapi mereka juga memperhatikan orang tersebut.

C. Refleksi 

Saya harus belajar mengasihi lintas persamaan karena semua orang adalah sesamaku dan mereka membutuhkan Yesus sebagai Juru Selamat.

D. Kata Bijak

Mengasihi itu dari mata turun ke hati dan dari hati turun ke tangan.


Saturday, September 21, 2024

Kejadian 33:1-15

Mengampuni

A. Ringkasan Khotbah

Benarkah saya sudah mengampuni dia? Apa tolak ukur dari pengampunan yang sungguh-sungguh? Khotbah ini memperlihatkan pengampunan sesungguhnya yang terlihat dalam tindakan-tindakan terhadap orang yang diampuninya. Pengampunan semacam ini dinyatakan dalam kisah Esau mengampuni adiknya. Yakub telah dua kali menusuk hatinya dengan tipu muslihat dan kemudian melarikan diri. Ia pergi begitu saja tanpa meminta maaf. Esau yang semula marah besar dan ingin membunuh adiknya kemudian dalam kesendiriannya dapat merenung dan mengampuni. Pengampunan Esau yang sungguh-sungguh dapat dilihat dari tindakan kasihnya ketika Yakub pulang dari perantauan.

1. Menghampiri 

Dari kejauhan Esau melihat bayang-bayang orang yang berjalan dan bersujud. Esau memperhatikan dengan cermat. Tidak salah lagi itu adalah Yakub adiknya yang sudah merantau belasan tahun. Esau tidak mampu bersabar lagi saat adiknya berjalan pelan ke arahnya dan mulailah ia berlari sekuat tenaga. Dengan nafas yang terengah-engah ia menerjang Yakub dengan rangkulan lalu menciumnya. Pertemuan yang dramatis ini memaksa keduanya meneteskan air mata. Air mata Esau mengandung rindu dan pengampunan. Mengampuni menggerakkan Esau untuk berlari menghampiri adiknya.

Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu. (Kej 33:1)

 Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali. (Kej 33:2)

Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. (Kej 33:3)  

Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. (Kej 33:4)  

2. Perhatian 

Sembari menyeka air matanya Esau melihat sekelompok wanita dan anak-anak berjalan mendekat. Esau ingin tahu siapa yang bersama-sama dengan adiknya. Ternyata yang menyusul mereka adalah ipar dan keponakannya. Esau pun bergembira dengan keluarga yang dibangun oleh adiknya. Mengampuni menggerakkan Esau untuk memberi perhatian dan mencari tahu tentang adiknya. 

Kemudian Esau melayangkan pandangnya, dilihatnyalah perempuan-perempuan dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: "Siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?" Jawab Yakub: "Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini." (Kej 33:5)  

Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud. (Kej 33:6)  

Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan merekapun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud. (Kej 33:7) 

3. Menerima

Lalu Esau mempertanyakan maksud dari hadiah yang sudah lebih dahulu tiba kepadanya. Yakub ingin mendapatkan anugerah pengampunan dari abangnya dengan hadiah itu. Tetapi Esau tidak membutuhkan hadiah untuk mengampuni Yakub. Di lain sisi Esau lebih kaya dari Yakub. Tetapi ia tidak ingin adiknya yang baru pulang meragukan pengampunannya dan kecewa maka ia pun menerima pemberian itu. Mengampuni menggerakkan Esau untuk menerima pemberian adiknya.

Berkatalah Esau: "Apakah maksudmu dengan seluruh pasukan, yang telah bertemu dengan aku tadi?" Jawabnya: "Untuk mendapat kasih tuanku." (Kej 33:8)  

Tetapi kata Esau: "Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu." (Kej 33:9)  

Tetapi kata Yakub: "Janganlah kiranya demikian; jikalau aku telah mendapat kasihmu, terimalah persembahanku ini dari tanganku, karena memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah, dan engkaupun berkenan menyambut aku. (Kej 33:10)  

Terimalah kiranya pemberian tanda salamku ini, yang telah kubawa kepadamu, sebab Allah telah memberi karunia kepadaku dan akupun mempunyai segala-galanya." Lalu dibujuk-bujuknyalah Esau, sehingga diterimanya. (Kej 33:11)  

4. Menyertai

Pertemuan yang singkat tidak memuaskan Esau. Ia tidak ingin segera mengakhiri pertemuan yang dinanti-nantikannya. Sudah lama ia tidak berbincang-bincang dengan adiknya dan mendengar cerita perantauan adiknya selama belasan tahun. Esau ingin berjalan bersama-sama dengan adiknya dan menjaga keselamatan anggota keluarganya yang baru ia kenal. Namun permintaan kecil ini ditolak Yakub dengan halus. Akhirnya dengan berat hati Esau pun meninggalkan mereka. Mengampuni menggerakkan Esau ingin menyertai dan bersama-sama dengan adiknya.

Kata Esau: "Baiklah kita berangkat berjalan terus; aku akan menyertai engkau." (Kej 33:12) 

Tetapi Yakub berkata kepadanya: "Tuanku maklum, bahwa anak-anak ini masih kurang kuat, dan bahwa beserta aku ada kambing domba dan lembu sapi yang masih menyusui, jika diburu-buru, satu hari saja, maka seluruh kumpulan binatang itu akan mati. (Kej 33:13)

Biarlah kiranya tuanku berjalan lebih dahulu dari hambamu ini dan aku mau dengan hati-hati beringsut maju menurut langkah hewan, yang berjalan di depanku dan menurut langkah anak-anak, sampai aku tiba pada tuanku di Seir." (Kej 33:14)

Lalu kata Esau: "Kalau begitu, baiklah kutinggalkan padamu beberapa orang dari pengiringku." Tetapi Yakub berkata: "Tidak usah demikian! Biarlah aku mendapat kasih tuanku saja." (Kej 33:15)

Kesimpulan khotbah adalah mengampuni dengan sungguh-sungguh melahirkan kemauan untuk mendekat, memperhatikan, menerima, dan menghabiskan waktu bersama-sama.

B. Kebaruan

Kata kasih dalam Kejadian 33:8 berasal dari kata chen dalam bahasa Ibrani yang berarti kemurahan, anugerah, atau penerimaan. Jadi pemberian Yakub dimaksudkan sebagai permohonan anugerah/kemurahan dari Esau untuk mengampuninya.

C. Refleksi 

Saya perlu belajar mengampuni yang sesungguhnya sehingga hubungan dapat dipulihkan dan bahkan mencapai tingkat yang lebih dalam.

D. Kata Bijak

Mengampuni seperti Yesus mengampuni.

Friday, September 20, 2024

Sekilas Tentang Catatan Khotbah

Menulis Catatan Khotbah

A. Pengertian

Catatan Khotbah adalah pikiran dan perasaan yang dicurahkan dalam bentuk tulisan melalui pendengaran akan firman Tuhan (khotbah) dengan tujuan pembelajaran. Mendengar firman Tuhan penting tetapi tidak cukup. Orang percaya harus belajar firman dan melakukannya. Belajar firman dapat ditempuh melalui menulis catatan khotbah. Catatan khotbah yang baik membutuhkan serangkaian proses atau langkah-langkah dan proses ini adalah aktivitas belajar firman Tuhan.

B. Kegunaan

Tidak sedikit orang percaya mengantuk saat mendengarkan khotbah. Apalagi khotbah disampaikan dalam durasi yang panjang. Aktivitas mendengar firman Tuhan kemudian berubah menjadi aktivitas menunggu berakhirnya khotbah. Sementara mendengarkan firman Tuhan merupakan bagian penting dalam ibadah. Dibandingkan bermain Hape sambil menunggu khotbah usai, menulis catatan khotbah adalah solusi yang ideal. Mengapa? Berikut sisi positif dari orang percaya yang mengangkat pulpen dibandingkan mengangkat Hape saat mendengarkan khotbah.

1. Melatih konsentrasi.

2. Mengasah kemampuan menangkap pesan-pesan khotbah.

3. Mengasah kemampuan menulis.

4. Mengali lebih dalam pesan-pesan khotbah.

5. Hasil tulisan dapat memberkati orang lain (pembaca).

C. Langkah-langkah 

Jika Anda tertarik untuk memulai menulis catatan khotbah, berikut langkah-langkah praktis yang dapat membimbing Anda.

1. Mendengarkan khotbah dengan baik supaya dapat memahami isi khotbah.

2. Menulis/mencatat pokok pikiran dalam khotbah.

3. Mencatat hal baru dan menarik.

4. Menulis ulang dengan kalimat sendiri.

5. Membaca dan memperbaiki kembali kalimat demi kalimat.

6. Selamat Anda telah belajar firman Tuhan dan menghasilkan catatan khotbah.

D. Akhir Kata 

Penulis blog Catatan Khotbah berharap tulisan yang diunggah dapat memberkati pembaca sekaligus mendorong pembaca turut serta dalam menulis catatan khotbah.

Siapa memperhatikan firman akan mendapat kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN. (Ams 16:20)

Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan kita Yesus Kristus Sang Firman Allah yang hidup.


Saturday, September 14, 2024

Kejadian 25:29-34


Tipu Muslihat

A. Ringkasan Khotbah

Tipu muslihat adalah siasat seseorang untuk mengecoh, menyesatkan, mengakali, atau mencari untung diri sendiri dengan serangkaian perbuatan "jahat" terhadap orang lain. Perbuatan jahat semacam ini tidak memandang bulu. Orang paling dekat sekalipun bisa menjadi mangsanya. Tidak heran jika tipu muslihat selalu mengintai di balik kebaikan-kebaikan palsu untuk merampas sesuatu yang paling berharga dari mangsanya. Khotbah ini memberi gambaran tipu muslihat yang dilakukan Yakub kepada Esau demi merampas Hak Kesulungannya.

1. Perangkap 

Yakub yang pembawaannya tenang dan ambisius memenuhi kriteria untuk melakukan tipu muslihat. Absennya kasih yang benar menjadikan Yakub tidak segan-segan memangsa abangnya sendiri. Matanya tertuju kepada Hak Kesulungan yang dimiliki Esau seolah-olah Esau telah merebut darinya dengan keluar terlebih dahulu dari kandungan (lahir). 

Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. (Kej 25:29)

Yakub tidak hanya sedang memasak kacang merah tetapi sesungguhnya ia sedang berburu. Seperti nelayan ilegal yang sedang berburu sirip ikan hiu yang berharga. Ia telah memasang perangkap dengan menjatuhkan umpan kacang merah ke tempat di mana Esau akan datang. Kini Yakub tinggal sabar menunggu.

2. Syarat

Esau yang lapar dan haus tidak mampu menahan godaan itu. Aroma kacang merah menyeret indera Esau untuk terarah kepadanya. Seperti hiu lapar yang melihat potongan daging segar di permukaan laut demikian Esau menyambar umpan itu. Sekali sambaran menjadikan dirinya tertindik mata kali pada sisi mulutnya. Esau tersiksa dengan makanan di hadapannya yang tidak dapat ditelan. Melihat mangsanya terperangkap, Yakub tidak menyia-yiakan kesempatan. Dengan cepat ia menawarkan syarat untuk lepas dari penderitaan itu. Lepaskan Hak Kesulungan maka engkau akan terlepas pula dari penderitaan. 

Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. (Kej 25:30) 

Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." (Kej 25:31)  

3. Desak

Esau tidak berdaya dalam perangkap Yakub. Tatapan mata Yakub memanipulasi Esau, seolah-olah kematian akan segera menjemputnya jika tidak segera memakan kacang merah itu. Yakub mendesak Esau untuk segera menyerahkan miliknya. Sesaat itu Hak Kesulungan sepertinya kehilangan arti dalam hidup Esau dan tanpa berpikir panjang ia pun memberikannya kepada Yakub. Sorak kemenangan dalam hati Yakub, ia telah berhasil mengerat sirip ikan hiu yang mahal itu. Hiu yang telah kehilangan sirip berharganya kemudian dilepaskan kelautan. Yakub melepaskan Esau dengan memberikan kacang merah dan ditambahkan dengan roti sebagai perayaan keberhasilannya sekaligus menutup jejak perburuannya.

Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" (Kej 25:32)  

Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. (Kej 25:33) 

Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu. (Kej 25:34)  

Kesimpulan Khotbah adalah tipu muslihat adalah serangkai perbuatan jahat untuk menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain.

B. Kebaruan

Permainan kata dalam bahasa Ibrani dalam Kejadian 25:29 di mana kata "memasak" (zid) memiliki lafal yang mirip dengan kata "berburu" (tsayid). Artinya Yakub bukan hanya sekedar memasak tetapi Yakub sedang berburu hak kesulungan.

C. Refleksi 

Jika mencintai diri sendiri lebih besar dari mencintai sesama maka saya rentan melakukan perbuatan jahat.

D. Kata Bijak

Tipu muslihat berkata aku melakukannya demi cinta.


Saturday, September 7, 2024

Kejadian 22:4-10


Pengorbanan Tersembunyi

A. Ringkasan Khotbah

Keberhasilan seseorang tidak lepas dari peran orang di dekatnya. Seperti pepatah mengatakan "Di balik pria yang sukses pasti ada seorang wanita yang baik". Artinya kesuksesan seseorang tidak terlepas dari pengorbanan seseorang yang mengasihinya. Pengorbanan adalah wujud nyata dari kasih. Tetapi yang disayangkan adalah pengorbanan tidak pintar menunjukkan diri. Ia kalah telak dibandingkan dengan "kata-kata manis" yang selalu tampil di muka. Butuh setumpuk kecermatan dan  segudang waktu untuk memahami pengorbanan yang tersembunyi itu. Kali ini khotbah tentang pengorbanan meneropong pengorbanan Ishak di balik kesuksesan Abraham melewati ujian yang berat dari Tuhan.

1. Mengorbankan Waktu 

Ishak adalah anak semata wayang di keluarga Abraham. Niscaya keinginannya menjadi pertimbangan utama dalam keluarga. Ishak bisa saja menolak ajakan ayahnya untuk bepergian selama 3 hari. Tidak sulit bagi Ishak untuk merengek ke ibunya supaya tidak perlu menghabiskan waktu 3 hari "hanya" untuk pergi memberikan korban kepada Tuhan. Tetapi demi menunjukkan kasihnya kepada ayah dan Tuhannya, ia rela mengorbankan waktunya.

Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. (Kej 22:4)  

Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." (Kej 22:5)  

2. Mengorbankan Tenaga

Mengasihi tidak dapat dilakukan dengan setengah-setengah. Pengorbanan waktu bukan berarti sudah cukup untuk menyuarakan kasih. Tanpa banyak bicara Ishak yang lelah karena 3 hari perjalanan langsung melangkah dengan seikat kayu di pundaknya. Ia mengerahkan tenaga yang tersisa dan mulai melangkah setapak demi setapak bersama Abraham. Bukankan Ishak berhak mengeluh atau meminta bujang yang bersama-sama dengan mereka memikul kayu tersebut? Sekali lagi mengasihi menuntut lebih dari pengorbanan waktu. Mengasihi juga menuntut pengorbanan tenaga.

Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (Kej 22:6)

3. Mengorbankan Perasaan

Sambil melangkah pelan Ishak menemukan sesuatu yang tidak biasanya. Ia khawatir ayahnya yang berusia melupakan sesuatu yang penting dalam memberikan korban kepada Tuhan yaitu korban itu sendiri. Kekhawatiran Ishak ditunjukkan dengan sebuah pertanyaan lirih kepada Abraham. Namun jawaban Abraham tidak mampu dicerna oleh akal pikiran Ishak. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah melihat atau mendengar bahwa Tuhan yang menyediakan korban. Yang Ishak tahu adalah pemberi korban selalu membawa korban. Kegundahan menyelimuti perasaannya tetapi ia memilih diam dan percaya. Mengasihi menuntut lebih dari waktu dan tenaga, ia juga menuntut pengorbanan perasaan.

Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kej 22:7)  

Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (Kej 22:8)  

4. Mengorbankan Hidup

Ternyata tuntutan kasih tidak berhenti sampai di situ saja. Pada akhirnya Ishak membayar lunas semua tuntutan kasih. Ia rela mengorbankan hidupnya untuk mengasihi ayah dan Tuhannya. Ishak yang diperkirakan berumur remaja menuju dewasa memiliki tubuh yang kuat. Ia sanggup memikul kayu bakaran dan menempuh jarak yang cukup jauh. Memberontak melawan ayahnya yang sudah tua adalah perkara ringan bagi dirinya. Namun hal itu tidak terjadi. Kasih membuatnya tidak berdaya ketika diikat. Kasih membuatnya terbaring di atas kayu bakaran. Kasih membuatnya diam ketika pisau tajam siap dihunjamkan ke lehernya. Kasih membuatnya menyerahkan hidupnya. Mengasihi telah menuntut pengorbanan hidupnya dan ia pun rela mengorbankannya.

Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. (Kej 22:9)  

Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. (Kej 22:10)  

Kesimpulan Khotbah adalah mengasihi ditunjukkan dengan kerelaan mengorbankan waktu, tenaga, perasaan, dan seluruh hidup.

B. Kebaruan

Ishak tidak melawan Abraham ketika ia tahu bahwa dirinya adalah korban yang akan dipersembahkan kepada Tuhan.

C. Refleksi 

Pengorbanan harus menjadi bahasa kasih dalam kehidupan saya. Bukan hanya kata-kata tetapi perbuatan nyata seperti yang dilakukan oleh Ishak.  

D. Kata Bijak

Di balik keberhasilan pasti ada pengorbanan yang tersembunyi.


Yohanes 14:1-14

Satu-satunya Jalan A. Ringkasan Khotbah Sepenggal kata mutiara mengatakan hidup adalah perjalanan dan nikmatilah setiap langkahnya. Jika hid...