Pengorbanan Tersembunyi
A. Ringkasan Khotbah
Keberhasilan seseorang tidak lepas dari peran orang di dekatnya. Seperti pepatah mengatakan "Di balik pria yang sukses pasti ada seorang wanita yang baik". Artinya kesuksesan seseorang tidak terlepas dari pengorbanan seseorang yang mengasihinya. Pengorbanan adalah wujud nyata dari kasih. Tetapi yang disayangkan adalah pengorbanan tidak pintar menunjukkan diri. Ia kalah telak dibandingkan dengan "kata-kata manis" yang selalu tampil di muka. Butuh setumpuk kecermatan dan segudang waktu untuk memahami pengorbanan yang tersembunyi itu. Kali ini khotbah tentang pengorbanan meneropong pengorbanan Ishak di balik kesuksesan Abraham melewati ujian yang berat dari Tuhan.
1. Mengorbankan Waktu
Ishak adalah anak semata wayang di keluarga Abraham. Niscaya keinginannya menjadi pertimbangan utama dalam keluarga. Ishak bisa saja menolak ajakan ayahnya untuk bepergian selama 3 hari. Tidak sulit bagi Ishak untuk merengek ke ibunya supaya tidak perlu menghabiskan waktu 3 hari "hanya" untuk pergi memberikan korban kepada Tuhan. Tetapi demi menunjukkan kasihnya kepada ayah dan Tuhannya, ia rela mengorbankan waktunya.
Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. (Kej 22:4)
Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." (Kej 22:5)
2. Mengorbankan Tenaga
Mengasihi tidak dapat dilakukan dengan setengah-setengah. Pengorbanan waktu bukan berarti sudah cukup untuk menyuarakan kasih. Tanpa banyak bicara Ishak yang lelah karena 3 hari perjalanan langsung melangkah dengan seikat kayu di pundaknya. Ia mengerahkan tenaga yang tersisa dan mulai melangkah setapak demi setapak bersama Abraham. Bukankan Ishak berhak mengeluh atau meminta bujang yang bersama-sama dengan mereka memikul kayu tersebut? Sekali lagi mengasihi menuntut lebih dari pengorbanan waktu. Mengasihi juga menuntut pengorbanan tenaga.
Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (Kej 22:6)
3. Mengorbankan Perasaan
Sambil melangkah pelan Ishak menemukan sesuatu yang tidak biasanya. Ia khawatir ayahnya yang berusia melupakan sesuatu yang penting dalam memberikan korban kepada Tuhan yaitu korban itu sendiri. Kekhawatiran Ishak ditunjukkan dengan sebuah pertanyaan lirih kepada Abraham. Namun jawaban Abraham tidak mampu dicerna oleh akal pikiran Ishak. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah melihat atau mendengar bahwa Tuhan yang menyediakan korban. Yang Ishak tahu adalah pemberi korban selalu membawa korban. Kegundahan menyelimuti perasaannya tetapi ia memilih diam dan percaya. Mengasihi menuntut lebih dari waktu dan tenaga, ia juga menuntut pengorbanan perasaan.
Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kej 22:7)
Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (Kej 22:8)
4. Mengorbankan Hidup
Ternyata tuntutan kasih tidak berhenti sampai di situ saja. Pada akhirnya Ishak membayar lunas semua tuntutan kasih. Ia rela mengorbankan hidupnya untuk mengasihi ayah dan Tuhannya. Ishak yang diperkirakan berumur remaja menuju dewasa memiliki tubuh yang kuat. Ia sanggup memikul kayu bakaran dan menempuh jarak yang cukup jauh. Memberontak melawan ayahnya yang sudah tua adalah perkara ringan bagi dirinya. Namun hal itu tidak terjadi. Kasih membuatnya tidak berdaya ketika diikat. Kasih membuatnya terbaring di atas kayu bakaran. Kasih membuatnya diam ketika pisau tajam siap dihunjamkan ke lehernya. Kasih membuatnya menyerahkan hidupnya. Mengasihi telah menuntut pengorbanan hidupnya dan ia pun rela mengorbankannya.
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. (Kej 22:9)
Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. (Kej 22:10)
Kesimpulan Khotbah adalah mengasihi ditunjukkan dengan kerelaan mengorbankan waktu, tenaga, perasaan, dan seluruh hidup.
B. Kebaruan
Ishak tidak melawan Abraham ketika ia tahu bahwa dirinya adalah korban yang akan dipersembahkan kepada Tuhan.
C. Refleksi
Pengorbanan harus menjadi bahasa kasih dalam kehidupan saya. Bukan hanya kata-kata tetapi perbuatan nyata seperti yang dilakukan oleh Ishak.
D. Kata Bijak
Di balik keberhasilan pasti ada pengorbanan yang tersembunyi.