Siapa Sesamaku ?
A. Ringkasan Khotbah
Hukum utama dalam kekristenan adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri (Mat 22:37-39). Tidak sulit untuk dimengerti bahwa Tuhan yang dimaksud adalah Allah Tritunggal yang dikenal melalui Yesus Kristus. Tetapi ketika berbicara tentang mengasihi sesamaku manusia maka kesulitan pun muncul. Siapakah sesamaku manusia? Apakah sesamaku adalah orang-orang yang sesuku, semarga, setingkat pendidikan, seagama, atau yang memiliki kesamaan lainnya dengan diriku? Khotbah ini memperlihatkan dengan jelas siapa sesamaku dan bagaimana mengasihi sesamaku berdasarkan perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati.
1. Mata Memandang
Perumpamaan ini diawali dengan pemandangan yang menyeramkan di mana seseorang tergeletak bersimbah darah. Ia kehilangan segalanya karena dirampok dan akan segera kehilangan nyawanya dengan luka-luka parah jika tidak ada yang menolongnya. Jalan yang sepi itu menjadi saksi bisu atas kejadian ini. Tidak lama kemudian 2 orang "suci" di kalangan Israel melewati jalan tersebut secara bergiliran. Keduanya sama-sama memandang dan memperhatikan orang tersebut. Wajahnya sudah tidak dapat dikenali dan hartanya pun sudah lesap. Kondisi ini mengaburkan pandangan kedua orang "suci" ini untuk mengenali sesamanya yang membutuhkan kasih. Lalu mereka memutuskan untuk membiarkannya mati secara perlahan-lahan dan meninggalkannya. Keadaan yang tidak baik dapat mengaburkan pandangan mata untuk mengenali sesama.
Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. (Luk 10:30)
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (Luk 10:31)
Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (Luk 10:32)
2. Hati Mendorong
Tidak lama setelah ditinggalkan terdengarlah bunyi derap langkah ringan. Kian lama bunyi tersebut kian mendekat. Seorang Samaria yang disebut "kafir" turun dari keledainya. Ia memandang orang itu tetapi ia juga tidak dapat mengenalinya. Sesaat itu ia berada di persimpangan pemikiran. Matanya tidak mendapati kesamaan antar mereka. Apakah ia sesamaku atau bukan? Tidak perlu waktu yang lama ia berdiri di persimpangan itu. Pemikirannya tercerahkan ketika ia merasakan seruan hatinya yang berbunyi: "Ia sesamamu dan membutuhkan kasihmu!" Mengasihi bukan aktivitas mencari persamaan tetapi merasakan dorongan kasih Tuhan dari dalam hati.
Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (Luk 10:33)
3. Tangan Menolong
Dorongan hati yang kuat menggerakkan tangannya untuk memberi pertolongan pertama pada luka-lukanya. Tidak berhenti sampai di situ saja, ia bahkan mencari orang sebagai perpanjangan tangannya untuk memastikan sesamanya dirawat dengan baik hingga pulih. Hati yang penuh kasih tidak mengizinkan pertolongan yang setengah-setengah. Inilah cara mengasihi sesama yang dikehendaki Tuhan Yesus. Hati yang mengasihi meringankan tangan untuk menolong sesama.
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. (Luk 10:34)
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. (Luk 10:35)
Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" (Luk 10:36)
Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Luk 10:37)
Kesimpulan khotbah adalah mengasihi sesamaku berarti menunjukkan pertolongan kepada semua orang yang membutuhkan tanpa membeda-bedakan.
B. Kebaruan
Dalam Lukas 10:31- 33 kata melihat berasal dari kata eido dalam bahasa Yunani yang berarti melihat, memperhatikan, membedakan, atau mempersepsikan. Jadi ketiga orang yang melewati orang tersebut tidak sekedar melihat saja tetapi mereka juga memperhatikan orang tersebut.
C. Refleksi
Saya harus belajar mengasihi lintas persamaan karena semua orang adalah sesamaku dan mereka membutuhkan Yesus sebagai Juru Selamat.
D. Kata Bijak
Mengasihi itu dari mata turun ke hati dan dari hati turun ke tangan.