Saturday, May 31, 2025

Matius 12:9-14

Engkau Berharga

A. Ringkasan Khotbah

Sebuah istilah berbunyi "Kamu adalah orang yang berharga di tempat yang tepat." Keberhargaan seseorang bergantung kepada lingkungan dan pandangan orang-orang di sekitarnya. Demikianlah kenyataan hidup. Orang yang kuat dibedakan dengan orang yang digerogoti kelemahan fisik. Di mata dunia mereka dipandang sebelah mata tetapi bagi Tuhan mereka adalah biji mata-Nya yang sangat berharga. Khotbah berikut memperlihatkan keberhargaan manusia yang menyebabkan Tuhan rela melakukan apa saja demi menyelamatkannya.

1. Rela Dipersalahkan 

Kehadiran Tuhan Yesus menarik perhatian banyak orang termasuk di dalamnya orang Farisi sibuk mencari kesalahan-Nya. Seorang yang duduk tidak berdaya membuka kesempatan bagi mereka untuk mencari kesalahan Yesus. Mereka ingin membenturkan Yesus dengan aturan hari Sabat. Namun tidak terdapat sedikit pun keraguan dalam diri Tuhan untuk menyembuhkannya di hari Sabat. Orang yang mati sebelah tangan berharga di mata Tuhan sehingga Ia rela dipersalahkan.

Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. (Mat 12:9)

Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (Mat 12:10)  

2. Rela Menolong 

Tidak hanya menyembuhkan orang tersebut, Ia meluruskan penafsiran yang salah atas hari Sabat. Ini adalah teguran keras bagi orang Farisi yang seharusnya berbuat baik pada hari Sabat namun yang dilakukan malah sebaliknya yaitu merancang kejahatan. Bagi mereka orang yang mati sebelah tangan tidak urgen untuk ditolong. Ia masih bisa menunggu dalam penderitaan sampai Sabat berlalu. Tetapi orang yang mati sebelah tangan berharga di mata Tuhan sehingga Ia rela menolong.

Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (Mat 12:11)  

Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat." (Mat 12:12)  

Lalu kata Yesus kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain. (Mat 12:13)  

3. Rela Terancam

Tuhan tahu bahwa apa yang dilakukannya akan memperuncing kebencian orang Farisi dan mendatangkan ancaman. Tetapi apapun itu tentu tidak sebanding dengan biji mata-Nya. Ia memilih untuk menyingkir dan pergi dari rumah ibadat. Orang yang mati sebelah tangan berharga di mata Tuhan sehingga Ia rela terancam.

Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. (Mat 12:14) 

Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. (Mat 12:15) 

B. Kesimpulan

Yesus rela dipersalahkan dan diancam untuk menolong karena kita berharga di mata-Nya.

C. Kebaruan

Orang-orang Farisi percaya bahwa ketentuan Sabat dapat dilanggar hanya untuk kasus-kasus yang serius atau berkaitan dengan nyawa. 

D. Refleksi 

Saya ingin belajar melihat apa yang tidak dilihat manusia namun menjadi pusat perhatian Tuhan yaitu jiwa-jiwa yang membutuhkan keselamatan.

E. Kata Bijak

Sekalipun dianggap sampah sesungguhnya permata di pemandangan Tuhan.


Saturday, May 24, 2025

Efesus 5:33 – 6:1-4

Keluarga Bahagia

A. Ringkasan Khotbah

Perceraian adalah momok bahtera keluarga. Kerap kali bahtera keluarga karam karenanya. Di Indonesia angka perceraian hampir menyentuh angka empat ratus ribu (400.000) kasus pada tahun 2024. Penyebab utamanya adalah ketidakbahagiaan dalam keluarga yang terwujud dalam pertengkaran secara terus menerus. Bagaimana bahtera keluarga dapat terus berlayar di tengah ancaman momok perceraian ini? Khotbah ini berisi ajaran firman Tuhan tentang peran anggota keluarga untuk mengwujudkan kebahagiaan.

1. Peran Ayah 

Ayah adalah nahkoda bahtera keluarga. Roda kemudi bahtera hanya dapat diputar dengan kekuatan kasih. Tanpa kasih roda kemudi tidak mampu digerakkan dan bahtera tidak berlayar sesuai arah kompas firman Tuhan. Kekuatan ini menjadikan isteri sebagai obyek kasih dan anak sebagai titipan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Peran ayah adalah mengasihi isteri dan mendidik anak.

Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya. (Ef 5:33)

Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Ef 6:4)

2. Peran Ibu

Nahkoda dibantu oleh ibu sebagai asisten (mualim) yang bertugas menjaga kesejahteraan warga bahtera. Ibu juga membutuhkan kekuatan kasih dalam menjalankan tugasnya. Kekuatan ini memampukan dirinya menghormati suami dan mengasihi anak-anaknya seperti kepada Tuhan. Peran ibu adalah menghormati suami dan mengasihi anak-anak. 

Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya. (Ef 5:33)

3. Peran Anak

Anak-anak adalah awak-awak kapal yang turut bertanggungjawab dalam bahtera keluarga. Awak kapal harus menuruti arahan dan didikan dari nahkoda dan mualim untuk dapat turut membantu pengoperasian bahtera keluarga. Ketaatan ini akan membuahkan berkat-berkat yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Peran anak-anak adalah menaati dan menghormati orangtua.

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. (Ef 6:1)

Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: (Ef 6:2)

supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. (Ef 6: 3)

B. Kesimpulan

Keluarga bahagia diwujudkan melalui ayah, ibu, dan anak-anak yang berperan sesuai dengan perintah Tuhan.

C. Kebaruan

Kata "menghormati" dalam Efesus 5:33 berasal dari kata phobeo dalam bahasa Yunani yang berarti takut atau hormat. Kata ini digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada Tuhan.

D. Refleksi 

Saya diingatkan kembali akan peran sebagai seorang ayah dalam keluarga adalah mengasihi dan mendidik di dalam Tuhan.

E. Kata Bijak

Keluarga tanpa kasih bagai rumah tanpa fondasi.


Saturday, May 17, 2025

II Sam 17:1-14

Jika Anak Tidak Berkarya

A. Ringkasan Khotbah

Anak adalah obyek kebanggaan orangtua. Setiap kali anak menoreh prestasi maka yang paling berbangga adalah orangtua. Tidak terlalu sulit untuk membanggakan orangtua namun banyak yang gagal. Kegagalan ini mendatangkan rasa pilu yang tidak terkatakan seperti yang dialami Daud. Sebagai raja yang tersohor ia pun tidak terlepas dari perasaan ini. Hatinya tertoreh-toreh oleh anaknya yang tidak berkarya. Khotbah berikut memperlihatkan akibat dari seorang anak yang tidak berkarya.

1. Mencelakakan Orangtua

Absalom adalah anak Daud yang paling tampan (II Sam 14:25). Tetapi dibalik ketampanannya tersembunyi sebilah pisau yang tidak kenal ampun. Bertahun-tahun ia menyusun strategi untuk menggulingkan pemerintahan ayahnya. Kini Absalom telah menduduki istana dan mendapatkan segala yang diinginkannya. Tetapi hatinya tetap terasa kosong sebelum mencabut nyawa ayahnya. Ia mencari nasehat untuk mengakhiri hidup ayahnya. Anak yang tidak berkarya mencelakakan orangtuanya.

Berkatalah Ahitofel kepada Absalom: "Izinkanlah aku memilih dua belas ribu orang, maka aku akan bersiap dan mengejar Daud pada malam ini juga. (II Sam 17:1)

Aku akan mendatangi dia, selagi ia lesu dan lemah semangatnya, dan mengejutkan dia; seluruh rakyat yang ada bersama-sama dengan dia akan melarikan diri, maka aku dapat menewaskan raja sendiri. (II Sam 17:2)

Demikianlah aku akan membawa pulang seluruh rakyat itu kepadamu seperti seorang mempelai perempuan kembali kepada suaminya. Jadi, engkau mencari nyawa satu orang saja, sedang seluruh rakyat tetap selamat." (II Sam 17:3)

Perkataan ini disetujui oleh Absalom dan oleh semua tua-tua Israel. (II Sam 17:4)

2. Mencelakakan Orang Lain

Membayangkan pembunuhan ayahnya ternyata tidak memuaskan dirinya. Semangat Absalom berkobar-kobar saat mendengar rencana pemusnahan massal. Ia menikmati langkah demi langkah yang dipaparkan. Senyumnya terlihat sumringah seakan-akan jiwanya berteriak "Ini yang aku mau". Anak yang tidak berkarya mencelakakan orang lain.

Tetapi berkatalah Absalom: "Panggillah juga Husai, orang Arki itu, supaya kita mendengar apa yang hendak dikatakannya." (II Sam 17:5)

Ketika Husai datang kepada Absalom, berkatalah Absalom kepadanya, demikian: "Beginilah perkataan yang dikatakan Ahitofel; apakah kita turut nasihatnya? Jika tidak, katakanlah." (II Sam 17:6)

Lalu berkatalah Husai kepada Absalom: "Nasihat yang diberikan Ahitofel kali ini tidak baik." (II Sam 17:7)

Kata Husai pula: "Engkau tahu, bahwa ayahmu dan orang-orangnya adalah pahlawan, dan bahwa mereka sakit hati seperti beruang yang kehilangan anak di padang. Lagipula ayahmu adalah seorang prajurit sejati; ia tidak akan membiarkan rakyat tidur. (II Sam 17:8)

Tentulah ia sekarang bersembunyi dalam salah satu lobang atau di salah satu tempat. Apabila pada penyerangan pertama beberapa orang tewas dan ada orang mendengar hal itu, maka orang akan berkata: Rakyat yang telah mengikut Absalom sudah menderita kekalahan. (II Sam 17:9)

Maka seorang gagah perkasa sekalipun yang hatinya seperti hati singa akan tawar hati sama sekali, sebab seluruh Israel tahu, bahwa ayahmu itu seorang pahlawan dan orang-orang yang bersama-sama dia adalah orang gagah perkasa. (II Sam 17:10)

Sebab itu kunasihatkan: Suruhlah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba berkumpul kepadamu, seperti pasir di tepi laut banyaknya dan engkau sendiri juga harus turut bertempur. (II Sam 17:11) 

Apabila kita mendatangi dia di salah satu tempat, di mana ia terdapat, maka kita akan menyergapnya, seperti embun jatuh ke bumi, sehingga tidak ada yang lolos, baik dia maupun orang-orang yang menyertainya. (II Sam 17:12)

Dan jika ia mengundurkan diri ke suatu kota, maka seluruh Israel akan mengikat kota itu dengan tali, dan kita akan menyeretnya sampai ke sungai, hingga batu kecilpun tidak terdapat lagi di sana." (II Sam 17:13)

3. Mencelakakan Diri Sendiri

Absalom tidak peduli dengan Tuhan. Ia hanya ingin segera memuaskan hasrat kejahatannya. Keinginan ini telah menghipnotis dirinya. Ia tidak mampu mengingat bahwa kejahatan adalah bumerang yang selalu kembali kepada tuannya. Kali ini bumerang kembali dengan 3 lembing tajam yang menembus dadanya. Anak yang tidak berkarya mencelakakan dirinya sendiri.

Lalu berkatalah Absalom dan setiap orang Israel: "Nasihat Husai, orang Arki itu, lebih baik dari pada nasihat Ahitofel." Sebab TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik itu digagalkan, dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada Absalom. (II Sam 17:14)

Tetapi Yoab berkata: "Aku tidak mau membuang-buang waktu dengan kau seperti ini." Lalu diambilnyalah tiga lembing dalam tangannya dan ditikamkannya ke dada Absalom, sedang ia masih hidup di tengah-tengah dahan pohon tarbantin itu. (II Sam 18:14)

B. Kesimpulan

Anak yang tidak berkarya akan mencelakakan orangtua, orang lain, dan diri sendiri.

C. Kebaruan

Absalom adalah sosok pria ideal yang sempurna secara fisik pada zamannya sehingga kehadirannya selalu menarik perhatian banyak orang.

Di seluruh Israel tidak ada yang begitu banyak dipuji kecantikannya seperti Absalom. Dari telapak kakinya sampai ujung kepalanya tidak ada cacat padanya. (II Sam 17:25)

D. Refleksi 

Saya harus terus berkarya di dalam Tuhan untuk tidak mencelakai tetapi memberkati banyak keluarga dan banyak orang.

E. Kata Bijak

Ku gantungkan karyaku dalam senyuman kebanggaanmu.


Friday, May 9, 2025

Kejadian 27:1-46

Jika Ibu Tidak Berkarya

A. Ringkasan Khotbah

Istilah "Konco Wingking" dalam bahasa Jawa menggambarkan karya wanita yang terbatas dalam lingkup rumah tangga. Namun zaman telah berubah. Kini banyak wanita berkarya di luar rumah dan tidak sedikit yang mengungguli pria dalam hal pekerjaan. Di sisi lain perubahan ini telah menjarah waktu para wanita secara khusus waktu seorang ibu untuk belajar dan mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya. Khotbah berikut memperlihatkan akibat dari seorang ibu yang tidak berkarya bagi anak-anaknya di dalam Tuhan.

1. Kejahatan Dalam Rumah 

Kasih sayang Ribka kepada Yakub berada di jalur yang salah. Ia ingin Yakub hidup bahagia dengan jalannya sendiri. Sejak dini Yakub diajarkan untuk mendapatkan sesuatu dengan berani tanpa mempedulikan yang lain. Ribka menuntun Yakub dengan cermat untuk mengelabui ayahnya yang sudah tua demi mendapatkan berkat kesulungan. Kejahatan ditanamkan di dalam rumah.

Maka sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu. (Kej 27:8)  

Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya. (Kej 27:9)  

Bawalah itu kepada ayahmu, supaya dimakannya, agar dia memberkati engkau, sebelum ia mati." (Kej 27:10)  

Lalu kata Yakub kepada Ribka, ibunya: "Tetapi Esau, kakakku, adalah seorang yang berbulu badannya, sedang aku ini kulitku licin. (Kej 27:11)  

Mungkin ayahku akan meraba aku; maka nanti ia akan menyangka bahwa aku mau memperolok-olokkan dia; dengan demikian aku akan mendatangkan kutuk atas diriku dan bukan berkat." (Kej 27:12)  

Tetapi ibunya berkata kepadanya: "Akulah yang menanggung kutuk itu, anakku; dengarkan saja perkataanku, pergilah ambil kambing-kambing itu." (Kej 27:13)  

2. Bahaya Dalam Rumah

Kejahatan tidak akan pernah menghasilkan kebaikan. Segala usaha tipu daya yang dilakukan Ribka dan Yakub mendatangkan marabahaya. Esau yang terbiasa melemparkan tombak ke arah binatang buruan kini mengarahkan tombaknya ke tubuh Yakub adiknya. Dua kali tertipu menimbulkan sakit hati yang tidak terobati. Esau berubah menjadi seorang pemburu di dalam rumah yang bersabar menunggu waktu untuk menancapkan tombaknya. Bahaya ditimbulkan di dalam rumah.

Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku." Lalu katanya: "Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?" (Kej 27:36)  

Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: "Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh." (Kej 27:41)  

3. Pergi Dari Rumah

Ketika aroma bahaya tercium oleh Ribka, ia tidak dapat berbuat banyak. Demi keselamatan anaknya maka Yakub harus direlakan untuk pergi dari rumah. Ia tidak berjumpa lagi dengan anak kesayangannya sampai akhir hidupnya. Yakub pergi dari rumah dan menjadi pekerja pamannya di Haran. Bahaya menyebabkan anak pergi dari rumah.

Ketika diberitahukan perkataan Esau, anak sulungnya itu kepada Ribka, maka disuruhnyalah memanggil Yakub, anak bungsunya, lalu berkata kepadanya: "Esau, kakakmu, bermaksud membalas dendam membunuh engkau. (Kej 27:42)  

Jadi sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku, bersiaplah engkau dan larilah kepada Laban, saudaraku, ke Haran, (Kej 27:43)  

dan tinggallah padanya beberapa waktu lamanya, sampai kegeraman (Kej 27:44)  

dan kemarahan kakakmu itu surut dari padamu, dan ia lupa apa yang telah engkau perbuat kepadanya; kemudian aku akan menyuruh orang menjemput engkau dari situ. Mengapa aku akan kehilangan kamu berdua pada satu hari juga?" (Kej 27:45)  

B. Kesimpulan

Ibu yang tidak berkarya akan menanamkan kejahatan dalam rumah sehingga anak-anak menghadapi bahaya dan pergi dari rumah.

C. Kebaruan

Ribka bertumbuh besar di dalam keluarga yang tidak menyembah Tuhan. Ayah Ribka adalah Nahor saudara Abraham. 

Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. (Yos 24:2)

D. Refleksi 

Saya perlu sangat berhati-hati dengan ajaran-ajaran yang ditanamkan kepada anak di rumah.

E. Kata Bijak

Ketika rumah tidak lagi aman maka tidak ada tempat yang aman di dunia ini.


Saturday, May 3, 2025

I Samuel 8:1-9

Jika Ayah Tidak Berkarya

A. Ringkasan Khotbah

Sejak muda lingkungan telah mendikte para orangtua untuk berkarya sesuai dengan norma umum. Ayah harus berkarya dalam karier dan mencari uang sebanyak-banyaknya supaya kebutuhan keluarga terpenuhi, sedangkan ibu berkarya dalam rumah tangga. Namun dalam kekristenan tuntutan Tuhan kepada ayah jauh melebihi pemenuhan kebutuhan jasmani saja. Ayah adalah pengajar iman yang paling utama dalam keluarga. Iman kepada Tuhan harus diturunkan kepada anak. Mengapa? Khotbah berikut memperlihatkan seorang nabi yang telah mengukir karya-karya indah dalam kehidupan orang Israel namun terlena untuk mengarahkan pisau ukirnya kepada anak-anaknya sehingga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

1. Berbuat Jahat  

Pisau ukir yang tajam telah menoreh banyak prestasi dalam pelayanannya. Tidak ada satu orang pun yang tidak mengenal Samuel. Di tengah banyaknya waktu yang diberikan kepada bangsanya, anak-anaknya hanya mengecap remah-remah waktu yang terjatuh. Samuel tidak punya banyak tenaga dan waktu lagi untuk mengukir taurat dalam kehidupan anak-anaknya. Tanpa goresan taurat maka hidup anak-anaknya hanya terisi goresan-goresan kejahatan. Anak Samuel berbuat jahat.

Setelah Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki menjadi hakim atas orang Israel. (I Sam 8:1)

Nama anaknya yang sulung ialah Yoel, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. (I Sam 8:2)

Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. (I Sam 8:3)

2. Menolak Tuhan

Biang kerok dari kejahatan yang dilakukan anak-anak Samuel adalah hati yang tidak mau dipimpin Tuhan. Mereka tidak mengindahkan taurat Tuhan sebagai pedoman hidup karena tidak terukir jelas di dalam hatinya. Penolakan semacam ini menular dengan cepat. Tidak butuh waktu lama untuk menularkan penolakan terhadap Tuhan kepada orang Israel yang dipimpinnya sehingga mereka meminta raja untuk mengantikan anak-anak Samuel.  Anak-anak Samuel menolak Tuhan.

Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama (I Sam 8:4)

dan berkata kepadanya: "Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain." (I Sam 8:5)

Waktu mereka berkata: "Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami," perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. (I Sam 8:6)

TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka (I Sam 8:7)

3. Hidup Susah

Permintaan untuk dipimpin raja menggantikan anak-anak Samuel mendatangkan kesengsaraan. Orang Israel akan menghadapi banyak kesukaran oleh keberadaan raja dan anak-anak Samuel tidak lagi menjabat sebagai hakim bahkan tidak pernah lagi disebutkan dalam Perjanjian Lama. Anak-anak Samuel hidup susah.

Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. (I Sam 8:8)

Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka." (I Sam 8:9)

B. Kesimpulan

Ayah yang tidak berkarya akan menyebabkan anak-anak menolak Tuhan, berbuat jahat, dan hidup susah.

C. Kebaruan

Samuel melayani sebagai nabi orang Israel selama kurang lebih 40 tahun dan pertobatan Israel baru mulai terlihat setelah ia melayani 20 tahun.

D. Refleksi 

Saya diingatkan kembali akan peran seorang ayah adalah menurunkan iman kepada anak-anaknya.

E. Kata Bijak

Warisan terindah bukan intan berlian tetapi iman.


Yohanes 14:1-14

Satu-satunya Jalan A. Ringkasan Khotbah Sepenggal kata mutiara mengatakan hidup adalah perjalanan dan nikmatilah setiap langkahnya. Jika hid...